Mohon tunggu...
Saiful Falah
Saiful Falah Mohon Tunggu...

Mencari berkah di pesantren

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta Satu Malam (CSM)

21 Juni 2012   01:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:43 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

................................

Cinta satu malam
Oh indahnya
Cinta satu malam
Buatku melayang
Walau satu malam
Akan selalu ku kenang
Dalam hidupku
Cinta satu malam
Oh indahnya

………………………

Lirik lagu yang dipopulerkan oleh Melinda, pedangdut kelahiran ibu kota sempat menyihir pendengaran masyarakat Indonesia. Lewat acara music di tv maupun radio, virus ‘cinta satu malam’ menyebar laksana jamur di musim penghujan. Dari mulai ATG (angkatan tua gaul) sampai ABG (anak baru gede) gandrung menyanyikan lagu ini. Bahkan anak balita yang baru bisa mencopy-paste kata-kata sudah mulai diajarkan manyanyikan lagu ini oleh ibu atau pengasuhnya.

Saya hanya geleng-geleng kepala ketika tahu-tahu anak saya yang waktu itu belum genap 3 tahun, sudah mulai mendendangkan sebagian lirik lagu tersebut. Setelah ditelusuri ternyata pengasuh lah yang telah ‘meracuni’ anak saya lewah hp. Si pengasuh yang memang masih ABG tertangkap basah oleh istri sedang memutar lagu itu. Terang saja istri saya menjadi berang, meski tidak secara kasar memarahi namun nampak ketegasan dari cara dia menegur si mbak.

Saya lantas termenung. Apa gerangan yang melatar belakangi si pencipta lagu mengarang lagu yang demikian ‘seronok’ itu. Apakah naluri pasar dia yang menjadi mesin penggerak atau hanya karena kecenderungan dia yang direpleksikan lewat lagu. Semoga yang benar adalah yang ke dua. Karena jika yang pertama, maka alangkah mirisnya saya. Tapi jika melihat penerimaan masyarakat yang begitu besar terhadap lagu tersebut, dan lagu-lagu lain yang liriknya bergenre sama, dengan terus mengelus dada saya harus mengakui bahwa sepertinya alasan pertama lah yang melatar belakangi penciptaan lagu CSM. Yang berarti masyarakat kita lah yang sebenarnya menginginkan lagu-lagu bergenre tersebut, composer hanya menyuguhkan saja.

Inilah realita hidup kita. Kehidupan yang sudah menjadikan cinta sebagai komoditas berbau syahwat. Kita telah dengan sengaja mereduksi makna cinta. Segala hal yang berbau cinta pasti akan menjurus pada pemuasan kebutuhan biologis antara laki-laki dan perempuan. Coba perhatikan saja kata-kata berikut;

Ber-Cinta

Cinta Monyet

Cinta Buta

Cinta Segi Tiga

Cinta Ditolak, Dukun Bertindak

Cita-Cita Yes, Cinta No

Dan masih banyak lagi istilah-istilah cinta yang semuanya berkonotasi hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Apakah cinta hanya sekedar ungkapan perasaan antara pria dan wanita? Jika mengikuti trend musik, sinentron dan film yang beredar di tengah-tengah masyarakat, tentu jawabannya adalah; iya, emang itu faktanya. Musisi lewat lagunya, sineas lewat sinetron atau filmnya dengan senagja menampilkan cinta hanya dari satu sudut; sudut hubungan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga ketika kata cinta didengungkan, secara otomatis dalam otak kita akan tergambar bayangan pria dan wanita. Ketika seorang remaja pria mendendengar kata cinta, maka yang terbayang adalah gadis idamannya begitu juga ketika kata cinta didengar olah remaja wanita, maka yang tergambar adalah bayangan cowok idolanya. Apakah mereka salah? Jika merujuk pada kenyataan di atas, sepertinya tidak. Karena manusia adalah produk dari masyarakatnya. Nilai hidup yang dimiliki, diakui serta diyakini sehingga dijalankan adalah mutlak produk pergaulannya. Maka ketika remaja hanya mengartikan cinta sebagai ungkapan perasaan kepada lawan jenisnya, itulah fakta yang diajarkan oleh masyarakat.

Padahal cinta itu tidak sesempit makna yang kita dapatkan dari pergaualan di masyarakat. Cinta itu tidak selebar daun kelor bukan dalam artian kita mudah mendapatkan cinta yang lain setelah kehilangan cinta yang pertama, tapi memang cinta sangat luas. Maka ketika seorang remaja dengan pede mengatakan “Cita-cita Yes, Cinta No”, apakah bisa menggapai cita-cita tanpa cinta?. Atau ketika seorang suami mengatakan kepada istrinya, “Hanya kamu satu, tiada Cinta yang lain”, apakah bisa mempertahankan istrinya satu tanpa cinta yang lain?.

Cinta adalah energy hidup. Cinta menjadikan hidup ini berwarna. Bahkan tanpa cinta bisa jadi tidak akan ada kehidupan ini. Bisakah kita bayangkan seorang petani miskin yang mencangkul ladang untuk menumbuhkan benih yang kemudian dimakan oleh orang lain, melakukan segala jerih payah tanpa cinta? Apakah seorang nelayan yang pergi menjelang petang datang menjelang fajar, melakukan pekerjaannya tanpa cinta? Bagaimana bisa seorang guru yang mengajar anak-anak di daerah terpencil padahal tidak mendapatkan upah sesuai dengan jerih payahnya, melakukan bakti tanpa cinta?

Saya menulis artikel ini pun tidak mungkin bisa selesai tanpa didasari oleh cinta. Energi cinta lah yang telah mengerakkan cangkul di sawah, cinta pula yang melemparkan jaring ke lautan, cinta yang telah mengisi papan tulis dengan pelajaran, cinta pula yang telah mengisi kendaraan sehingga bisa berjalan, cinta pula yang melestarikan air, cahaya dan udara sehingga kita tetap bisa hidup sampai sekarang.

Karena cinta itu teramat luas, maka jangan sampai dikerdilkan hanya kerena iming-iming rating penonton. Karena cinta yang membuat kita ada maka, janganlah menggeruk keuntungan dari upaya mereduksi nilai cinta. Karena kita pun masih menyimpan cinta yang lain, maka jangan pernah mengatakan Say no to Cinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun