Mohon tunggu...
sahrul gunawan
sahrul gunawan Mohon Tunggu... Atlet - sahrul_zainz

Dunia punya cerita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Zuhud di Era Modern

24 Oktober 2019   11:42 Diperbarui: 15 April 2021   15:56 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arti zuhud yang sebenarnya adalah membuang rasa cinta kepada dunia dan seisinya dari dalam hati. | pexels

Sahrul Gunawan

Mahasiswa IAIN Samarinda

Salah satu ajaran Islam yang banyak disalah-pahami orang awam adalah zuhud. Banyak di antara mereka mengartikan zuhud sebagai sikap tidak mau mengikuti kemajuan zaman sehingga mereka enggan mengaplikasikannya dalam kehidupan modern ini. Mereka mengidentikan zuhud dengan keterbelakangan sehingga mereka merasa alergi mendengarnya. Kesalah-pahaman inilah yang membuat mereka tidak dapat mereguk manfaat serta besarnya pahala zuhud yang diteladankan Baginda Nabi SAW.

Mengartikan zuhud sebagai sikap tidak mau maju dalam segi perekonomian juga salah besar. Baginda Nabi SAW sama sekali tidak pernah melarang umatnya untuk maju dalam bidang ekonomi. Banyak sahabat di sekeliling beliau yang kaya raya dan menjadi saudagar tajir kala itu. Segendang sepenarian, para ulama dari generasi salafus shaleh juga tidak jarang yang berharta banyak karena bisnisnya maju. Zuhud bukanlah penghalang bagi siapa pun untuk menjadi pengusaha atau eksekutif sukses.

Definisi zuhud yang sebenarnya adalah membuang rasa cinta kepada dunia dan seisinya dari dalam hati. Dari definisi ini dapat kita ketahui bahwa intisari zuhud adalah tiadanya rasa cinta kepada aneka pernak-pernik kemewahan dunia.

Sebenarnya kaya dan miskin bukanlah tolok ukur yang persis untuk menilai kezuhudan seorang. Para ulama sufi menyatakan, banyak orang kaya raya yang memiliki sifat zuhud dan banyak orang miskin yang mempunyai sikap tamak alias rakus.

Orang kaya yang tidak memasukkan kekayaan di dalam hatinya adalah orang yang zuhud. Tanda orang yang demikian adalah keringanan mereka dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT. Ia tidak pernah menyesal manakala suatu ketika hartanya sirna hingga menjadi miskin. Baginya, memilikinya adalah sama saja.

Begitu pun sebaliknya, orang miskin yang hatinya selalu mendambakan harta kekayaan adalah orang yang jauh dari zuhud. Tanda orang demikian, biasanya senantiasa mengeluhkan keadaannya dan berupaya mendapatkan harta yang ia inginkan dengan berbagai cara.

Jadi sebetulnya tidak ada alasan bagi sebagian kalangan yang menuduh islam sebagai biang kemunduran karena ajaran zuhudnya. Mereka mengatakan demikian lantaran ketidak-pahaman mereka akan hakikat zuhud. Seperti halnya ikhlas, zuhud adalah amalan hati yang tidak bisa ditebak dengan tampilan luar. Oleh kerena itulah kita tidak boleh berprasangka buruk kepada siapa pun karena tidak pernah tahu isi hatinya

Dikisahkan bahwa dahulu di Hadramaut hidup seorang ulama besar yang hidupnya kaya raya dan bergelimang harta. Namanya Habib Husein bin Syekh Abubakar bin Salim. Setiap saat beliau menampakkan kemewahan di hadapan khalayak. Pada suatu ketika seorang sufi berpapasan dengan beliau.

Melihat sang habib  memakai pakaian dan kendaraan mewah, orang sufi tadi menyatakan ketidaksukaannya kepada sang habib didalam hatinya. Seketika itu pula habib husein memanggil sang sufi dan berkata, "Seandainya seluruh harta yang kumiliki hilang dalam sekejap, maka hatiku tidak akan pernah goyah. "Sang sufi merasa malu dengan sikapnya. Akhirnya ia minta maaf kepada Habib Husein dan mohon untuk menjadi muridnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun