Mohon tunggu...
Sahlia
Sahlia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selamat membaca. Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Arti Kata "Bangsat" dan "Bangsuy" dalam Kajian Semantik

27 November 2020   23:40 Diperbarui: 27 November 2020   23:50 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengekspresikan ide dan gagasannya, baik melalui lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan kebutuhan primer manusia di mana melalui bahasa, manusia dapat menjalin silaturahmi dengan yang lainnya. 

Bahasa menurut Chaer (2014: 33) memiliki sifat atau ciri, di antaranya: 1) bahasa adalah sebuah sistem, 2) bahasa berwujud lambang, 3) bahasa berupa bunyi, 4) bahasa bersifat arbitrer, 5) bahasa itu bermakna, 6) bahasa bersifat konvensional, 7) bahasa bersifat unik, 8) bahasa bersifat universal, 9) bahasa bersifat produktif, 10) bahasa itu bervariasi, 11) bahasa bersifat dinamis, 12) bahasa berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan 13) bahasa merupakan identitas penuturnya.

Seiring perkembangan zaman, bahasa yang digunakan manusia pun semakin berkembang pula. Banyak kosakata baru yang dilahirkan dan kemudian melekat dipakai hingga saat ini. Mulai dari kosakata yang memiliki konotasi positif, hingga kosakata yang memiliki konotasi negatif. Bahasa yang digunakan suatu penduduk asli tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan penduduk itu sendiri. Karena bahasa menjadi satu kesatuan yang melekat pada kebudayaan suatu masyarakat. Hal itu pun menjadi pertimbangan dalam kajian Semantik karena suatu bahasa mencakup kebudayaan dari penuturnya (Nuryani & Putra, 2013: 52).

Kata "bangsat" yang kita kenal sekarang umumnya dipandang masyarakat memiliki konotasi negatif, yaitu digunakan untuk mengumpat dan memaki seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "bangsat" berarti hewan yang berupa kutu busuk. Umumnya hewan ini dapat ditemukan di kasur/bantal yang jarang dijemur atau dibersihkan. 

Bangsat adalah hewan pengisap darah, seperti nyamuk dan kutu rambut. Maka dari itu keberadaannya sangat meresahkan dan tidak diinginkan oleh manusia. 

KBBI pun menyebutkan arti lain bahwa "bangsat" adalah orang yang bertabiat jahat. Dua arti yang disebutkan KBBI memiliki dua konotasi yang berbeda. "Bangsat" sebagai hewan memiliki konotasi positif, karena masyarakat tidak menggunakan konotasi ini untuk menyakiti orang lain.

A : "Jemur kasurnya, biar 'bangsat'nya pada mati"

Sedangkan kata "bangsat" yang mendeskripsikan untuk orang yang bertabiat jahat memiliki konotasi negatif. Sebab konotasi ini digunakan sebagai umpatan untuk memaki/menyindir/menyinggung orang lain.

A : "Balikin uang gue, 'bangsat'! Masih kecil udah jadi copet"

Berjalan seperti air mengalir, kata "bangsat" kemudian seperti melekat dalam perbincangan kaula muda abad ke-21. Kata "bangsat" yang digunakan sekarang umumnya seperti mendeskripsikan rasa apes, panik, atau kaget yang dirasakan seseorang. Hal ini berarti kata "bangsat" tidak hanya digunakan sebagai umpatan saja. Generasi zaman sekarang pun banyak yang tidak mengetahui bahwa "bangsat" juga memiliki arti sebagai binatang.

A: "Eh, lama banget lo datangnya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun