Mohon tunggu...
Tajuk Tani
Tajuk Tani Mohon Tunggu... Insinyur - Informasi Seputar Pertanian

Gerak Cepat Sebar Luasakan Informasi pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Jangan Pernah Menyepelekan Efek Samping Penggunaan Herbisida

4 November 2020   12:52 Diperbarui: 4 November 2020   18:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabu 04 Nopember 2020, Tim TPP Desa Giripurno
Kota Batu, Smart city -- Tim Unit Reaksi Cepat (URC) dengan nama Tim CROP smart city melakukan kegiatan "sinau bareng" bersama petani pada tanaman lettuce yang mengalami kegagalan penanaman sebanyak 5 kali.Ini adalah kelima kalinya Bapak Julianto melakukan penanaman lettuce, diharapkan pada penanaman yang kelima  ini pertumbuhan lettuce dapat tumbuh seperti tanaman yang normal lainnya.

Satu minggu setelah penanaman, tampak tanaman lettuce tidak menunjukkan pertumbuhan yang maksimal. Pangkal batang lettuce kelihatan mongering, tanaman tidak tumbuh besar, beberapa akar juga terlihat tidak segar. Hal tersebut kembali berulang di penanaman kelima milik Bapak Julianto. Beberapa cara sudah pernah dilakukan oleh Bapak Julianto, tetapi tidak dapat mengubah pertumbuhan yang ada di lahan.

Dari gagalnya beberapa kali penanaman di lahan tersebut, Bapak Julianto berinisiatip melaporkan hal tersebut ke Dinas Pertanian melalui Tim Smart City Desa Giripurno pada saat pertemuan rutin kelompok tani. Untuk selanjutnya dilakukan survey awal oleh Tim Smart City Desa Giripurno dan dilanjutkan survey lanjutan bersama Tim Unit Reaksi Cepat (URC).

Luas tanah yang ditanami lettuce milik Bapak Julinato seluas 500 m2. Kondisi tanaman lettuce saat ini terlihat banyak yang mati, sebagian yang hidup tidak dapat tumbuh besar, dapat dikatakan Bapak Julianto tidak dapat memanen tanaman tersebut.

Hasil kunjungan lapang Tim URC dapat dilaporkan bahwa pertumbuhan lettuce yang berkali kali tidak dapat tumbuh maksimal dikarenakan tanah sudah dalam keaadan kritis. Hal ini disebabkan karena intensitas dan dosis pemakaian herbisida yang berlebihan sehingga membuat tanah sudah tidak dapat maksimal untuk menyerap unsur hara yang tersedia.

Di beberapa literatur juga menjelaskan bahwa herbisida merupakan polutan atau racun bagi kelangsungan ekosistem lingkungan, termasuk tanah. Beberapa efek penggunaan herbisida antara lain, kesuburan tanah berkurang, spesies di dalam tanah punah, peledakan hama dan mencemari lingkungan lain (Yasmanidar, 2019)

Beberapa rekomendasi yang diberikan oleh Tim URC antara lain,

1.Pengolahan tanah dengan penambahan Trichoderma dan PGPR dengan dosis 15-20ml/liter air yang disebarkan ke lahan dengan intensitas pemberian 3 kali. Hal ini bertujuan untuk memulihkan kembali tanah yang rusak dengan beberapa bakteri-bakteri baik yang terkandung dalam agen hayati.
2.Pemberian kapur pertanian untuk menaikkan pH dikarenakan pada saat survey pH tanah kurang dari pH yang diharapkan
3.Penambahan pupuk kandang agar bakteri-bakteri yang tersimpan di dalam tanah dapat terangsang untuk berkembang lebih cepat.

Dengan rekomendasi yang diberikan oleh Tim URC, Bapak Julianto berharap kondisi tanah dapat kembali normal, sehingga tanaman yang ditanam di lahan tersebut dapat tumbuh maksimal. Bapak Julianto juga puas terhadap pelayanan dari Dinas Pertanian melalui Tim URC dan Tim Smart City yang mana penanganan keluhan langsung ditangani di lapang, sehingga Bapak Julianto juga bisa berinteraksi langsung dan mempraktekkan rekomendasi yang sudah diberikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun