Mohon tunggu...
Atika Hayati
Atika Hayati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pejuang pena

Tak ada yang mustahil jika Allah telah berkehendak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Resolusi 2023, Tantangan dan Krisis di Indonesia

16 Januari 2023   03:55 Diperbarui: 16 Januari 2023   05:30 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun 2023 sudah didepan mata, berbagai resolusi sudah di rencannakan pada tahun ini, berharap mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Namun pada kenyataanya tahun 2022 masih menyisakan begitu banyak PR bagi Negri ini, boleh dikatakan begitu banyaknya problematika yang belum tuntas diselesaikan. Krisis demi krisis terus terjadi hingga rasanya tak kunjung usai, apalagi kondisi yang harus menimpa kaum mudanya.

Harapan untuk menuju Indonesia lebih baikpun pada tahun 2023 terasa begitu tipis. Bahkan pada tahun baru inipun akan cenderung popular sebagai tahun politik, sebagaimana kita tahu bahwa agenda pada tahun 2024 sudah mendekati mata saja. Bisa kita lihat, para politisi maupun pemangku kebijakan tampak lebih sibuk bersiap dan bersolek hanya untuk mengamankan posisinya masing -- masing dalam pertarungan akbar mendulang suara rakyat nantinya, dibanding memikirkan urusan umat yang berpotensi akan kian terbengkalai.

Berbagai Macam Krisis yang Melanda
Masih teringat dibenak kita, bahwa Negeri ini pernah manjalani puncak kasus Omicron, yang selanjutnya melandainya kasus Covid-19. Selain itu kita dapat melihat kasus yang tak kalah senternya dengan kasus tersebut, yaitu carut -- marutnya dunia pendidikan yang didasari rekam jejak sekulerisme dan liberarisme pendidikan serta moderasi beragama.

 Dalam ekonomi pun kita dihantui dengan inflasi yang menggangu roda perekonomian masyarakat, hal itu sangat terasa ketika Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami kenaikan. Dampaknya banyak kebutuhan pokok mengalami kenaikan imbas kenaikan harga energi BBM.
Belum lagi berbagai kebijakan yang menyengsarakan rakyat, diantaranya penerbitan berbagai jenis pajak ditengah kondisi rakyat yang tak menentu. Semua kebijakan ini terlihat keperpihakan penguasa kepada pengusaha dan oligarki.

 Dalam politik pun tak jauh berbeda, kita rasakan dalam kehidupan dimana penguasa lebih terfokus dalam hal islamofobia dan tudingan radikal dibanding mengurus berbagai persoalan yang dihapapi rakyat. Selain itu para politisi dan parpol sibuk mencari muka dan suara untuk menyongsong pemilu tahun 2024 yang akan datang dengan menggadang -- gadang capres -- cawapres yang konon katanya sebagai "harapan rakyat.

Disaat yang sama juga, dalam bidang hukum, kita saksikan berbagai borok muncul berupa krisis jati diri dan korupsi para penengak hukum. Terlihat kasus Sambo Cs dengan berbagai dramanya yang tak kunjung selesai dan berbelit -- belit, juga korupsi berjamaah sejumlah hakim agung di Makamah Agung, ini menunjukan betapa bobrok dan gelapnya realitas akibat penerapan sekulerisme yang difasilitasi oleh sistem yang dinamakan demokrasi dan kapitalisme. Inilah secuil tampang lemahnya aturan buatan manusia yang memarginalkan aturan Sang Pencipta, sehingga yang terjadi hanya menumpuk masalah dan memupuk krisis tanpa henti dan tanpa solusi.


Krisis Dalam Diri Generasi
Melihat persoalan terkait generasi pun tak kalah peliknya. Mari kita lihat generasi kita hari ini, banyak diantara mereka yang apatis, apolitis, melambai, loyo, malas berjuang, justru lebih mendapat panggung dibanding mereka generasi yang beriman, tangguh, dan berprestasi. Mereka terombang -- ambing hingga tak tau arah dan hilang jati dirinya. Belum lagi derasnya arus islamofobia yang membuat generasi takut untuk mengkaji agamanya sendiri. Diperparah lagi dengan paham kebebasan berekspresi juga kian merebak, liberalisasi seksual turut andil meracuni kalangan terpelajar dan intelektual. Ide kaum pelangi atau L687Q juga dijejalkan secara paksa ditengah masyarakat dengan dalih hak asasi sebagai alibi.

Belum lagi kasus pergaulan yang bebas ditengah generasi muda, diantaranya perzinaan dan alkoholik juga turut mewarnai generasi. Selain itu, ditengah ancaman tersebut, ternyata generasi muda juga tak lepas dari penyesatan dari platform keuangan digital. Pinjaman online (pinjol) dan judi online marak dikalangan pemuda, secara tak disadari mereka terjerat riba disana, dan hal tersebut menghantarkan mereka dalam keharaman. Ini disebabkan semata akibat mereka tidak paham fikih muamalah syar'i terkait pengelolaan harta, walaupun dibalut dengan kecanggihan teknologi. Sangat ironis bukan?

Jika hal ini sudah terjadi, bagaimana bisa mencetak generasi yang berkualitas? generasi yang mampu menjadi calon pemimpin umat? generasi yang melanjutkan estafet perubahan yang lebih baik untuk generasi selanjutnya! inikah visualisasi bonus dari demografi yang bisa kita banggakan? nyatanya dapat kita saksikan malah membuat semakin geleng -- geleng kepala dan mengelus dada.  


Harapan Satu - Satunya
Sungguh, inilah bukti bahwa manusia hanya layak berharap solusi atas segala persoalan kepada Sang Pencipta, yakni dengan cara merevolusi keyakinan akan pertolongan Allah, yaitu dengan cara memperjuangkan penerapan dan penegakakan syariat-Nya. Selain itu kita harus yakin serta melayakkan diri untuk menjadi golongan yang dimenangkan-Nya.
Allah Taala berfirman, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." (QS Al-Maidah [5]: 3).
Dari ayat ini jelas terbukti bahwa harapan menuju kehidupan yang lebih baik hanya dengan aturan yang bersumber dari Sang Pencipta yakni Allah, yaitu dengan aturan Islam. Ayat ini menunjukan garansi akan kesempurnaan Islam.
Allah juga berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kafah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al-Baqarah [2]: 208).

Ayat ini juga menegaskan pentingnya masuk Islam secara kaffah dengan terikat dengan seluruh aturan-Nya. Apabila ada celah, maka disitulah akan ada kesempatan bagi ide/aturan selain Islam untuk masuk dan meracuni pemikiran dalam kehidupan. Dengan demikian, mustahil jika peradapan Islam bisa berdiri tegak ditangan generasi yang rapuh. Jika kita lihat generasi sahabat, yaitu generasi awal kontribusi peradapan Islam, Merekalah potret dari generasi terbaik dan tangguh, hasil binaan Rasulullah saw. Mereka orang-orang yang berkepribadian Islam dengan pola pikir dan pola sikap seiring, sejalan, dan selaras dengan aturan Islam. Keyakinan tersebut mampu mengantarkan mereka menjadi umat terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun