Mohon tunggu...
Safira Maharani Putri Utami
Safira Maharani Putri Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Belanja Online terhadap Perilaku Konsumen

19 Januari 2021   09:29 Diperbarui: 19 Januari 2021   09:58 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan lahirnya belanja online, maka hal yang berkaitan dengan waktu tersebut dapat dipangkas dan lebih ringkas. Konsumen juga lebih memilih berbelanja online dikarenakan pilihan barang yang relatif banyak dengan persentase sebesar 50,0%. Hal ini menunjukkan bahwa saat berbelanja online, konsumen dapat memilih barang yang mereka inginkan sekaligus melihat pilihan barang yang lainnya yang belum tentu dijual di toko konvensional. Alasan selanjutnya yang mendukung konsumen dalam berbelanja online, yaitu harga yang disajikan relatif murah dengan persentase sebesar 39,2%. 

Toko online biasanya menawarkan harga lebih murah dibandingkan dengan toko konvensional sebagai daya tarik kepada konsumen untuk berbelanja online. Dengan menjamurnya toko online saat ini, konsumen dapat memilih harga yang pas di kantong mereka dengan barang yang sama. Hal ini dapat terjadi karena mulai banyaknya toko atau UMKM yang menjual barang yang sama dan kualitas yang sama tentunya, tetapi dengan harga yang lebih beragam.

Banyaknya konsumen yang beralih ke belanja online tetap tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa kelemahan dari belanja online yang justru membuat sebagian konsumen takut untuk mencoba berbelanja online. Dilansir dari hasil survei yang dilakukan oleh MARS, IdeA, dan SWA di tahun 2016 mengungkapkan bahwa beberapa hal yang menjadi kekurangan dari belanja online, yaitu barang tidak bisa dicoba yang meraih suara sebesar 71,0%. Belanja online merupakan suatu kebiasaan berbelanja baru yang sedang diminati masyarakat saat ini, saat berbelanja online konsumen hanya dapat melihat foto dari produk yang dipajang oleh penjual di katalog barang. 

Berbeda dengan berbelanja di toko konvensional, konsumen tidak dapat mencoba ataupun melihat barang yang akan mereka beli untuk memastikan apakah barang yang dikirim dalam kondisi siap pakai. Hal tersebut menjadi suatu kekhawatiran sendiri bagi konsumen untuk memutuskan berbelanja online. 

Risiko penipuan menempati urutan kedua kelemahan dari berbelanja online dengan persentase sebesar 57,1% karena penjual dan konsumen tidak dapat bertemu langsung maka hal tersebut dimanfaatkan oleh oknum-oknum nakal untuk menjadi celah dalam melakukan penipuan. Konsumen juga diharapkan dapat dengan cerdas menjaga kerahasiaan data yang tidak seharusnya diketahui oleh orang lain termasuk penjual dari toko online.

Walaupun dengan adanya tren belanja online, tidak bisa dipungkiri tidak dapat menggeser sepenuhnya perilaku berbelanja konsumen dari konvensional ke online. Berdasarkan Lynda Hasibuan (2019), Handaka Santosa selaku Direktur PT MAP Adiperkasa Tbk, mengungkapkan bahwa pengaruh belanja online di Indonesia baru mencapai 3%, tetapi bila retail-retail tidak menyiapkan diri untuk melakukan reformasi dan pembenahan secara internal dengan melakukan penjualan gabungan antara online dan konvensional maka tidak menutup kemungkinan akan banyak tutup karena tertinggal oleh perkembangan zaman. 

Belanja online mengalami kenaikan yang sangat cepat di Indonesia dan mungkin saja kedepannya akan semakin banyak orang yang tertarik dengan belanja online tetapi tidak menggeser secara keseluruhan. Maka dari itu, para retail sudah seharusnya terus mengikuti perkembangan perilaku belanja konsumen untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan karena dengan melakukan proses jual beli juga membantu negara untuk berkembang dan terus maju untuk mensejahterakan rakyatnya.

PENUTUP 

Perilaku konsumen merupakan aksi yang langsung ikut serta dalam memperoleh, mengonsumsi, serta menghabiskan produk ataupun jasa, terhitung proses keputusan yang mendahului serta menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh strategi pemasaran yang dilakukan oleh toko online. Beberapa strategi pemasaran yang dapat dilakukan untuk menarik minat konsumen yaitu dengan melakukan strategi produk, distribusi, promosi, dan harga. Belanja online diminati oleh masyarakat karena lebih efisien dari segi waktu, barang yang ditawarkan lebih beragam, serta harga yang ditawarkan lebih murah. 

Walaupun memiliki banyak kelebihan, belanja online juga memiliki kekurangan yang menjadikan konsumen goyah untuk berbelanja online, antara lain barang yang tidak bisa dicoba terlebih dahulu dan risiko penipuan yang merajalela. Namun, dengan adanya tren belanja online tidak dapat sepenuhnya menggeser perilaku konsumen dari toko konvensional ke toko online. Sebagai preventif, ritel-ritel diharapkan sudah menyiapkan diri dengan menghadirkan dua pilihan yaitu toko konvensional dan toko online agar tidak ketinggalan dengan pola perilaku konsumen kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun