Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rengos Boyongan Duplikat Saka Guru Pendhapa Si Panji

20 Februari 2019   16:48 Diperbarui: 20 Februari 2019   17:14 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rengos? Mikine nyong ora mudheng apa kuwe rengos. Setelah saya buka kamus dialek Banyumas-Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Swarahati Banyumas tahun 2012, rengos artinya gotong royong. -- rengos umah, menggotong rumah beramai-ramai. Sambatan, cara wong ndesane.

Oooo ... kaya kuwe tengane. Jadi, Rengos Boyongan Replika Saka Guru Si Panji yang dilaksanakan oleh Panitia Hari Jadi Kabupaten Banyumas setiap bulan Februari itu adalah arak-arakan dari Pendopo duplikat si Panji Kecamatan Banyumas ke pendopo si Panji di Purwokerto itu, gotong royong rame-rame nggotong pendhopo? Pendhopo duplikat dari Banyumas degotong ke pendopo  di Purwokerto.

Rengos Boyongan Duplikat Saka Guru Si Panji adalah arak-arakan atau  karnaval sejauh 16,4 km. Rengos boyongan ini dilaksanakan sebagai acara budaya dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas. Bukankah pindahnya pendopo si Panji dari Banyumas ke Purwokerto disebabkan adanya Blabur Banyumas? Apa hubungannya rengos pendopo si Panji dengan peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas.?

Ala, ora usah gegoh. Lha wong perkara tanggal hari jadi Banyumas saja, masih gegoh. Mungkin masih ada perdebatan antara tanggal 6 April atau tanggal  22 Februari. Sing bener sing endi? Kita jalani saja sesuai keputusan Pemerintah Kabupaten Banyumas. Mari mengacu hari jadi Banyumas yang ditetapkan tanggal 22 Februari.

Menurut Doktor sejarah Banyumas, Prof. Sugeng Priyadi, yang menetapkan 22 Februari 1571 sebagai hari jadi Banyumas berdasarkan penelitiannya dari naskah kuno di beberapa museum nasional hingga ke Negeri Belanda. Salah satunya adalah Babad Banyumas Kalibening yang merupakan naskah tertua dibanding naskah-naskah lain tentang Banyumas.

Mengacu pada naskah Babad Banyumas Kalibening,   Profesor Sugeng mengungkapkan  bahwa hari Kamis Wage atau Rabu Pon sore tanggal 27 Ramadhan 978 H atau 22 Februari 1571 Masehi, Djaka Kahiman atau Bagus Mangun menghadap Sultan Pajang untuk menyerahkan upeti lalu diangkat oleh Sultan Hadiwijaya sebagai Adipati Wirasaba.  Berdasarkan penelitian itu maka tanggal 22 Februari ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Banyumas menggantikan tanggal 6 April

Eiiit... eiiiit...! Kembali ke rengos, kembali ke arak-arakan boyongan duplikat si Panji. Saka Guru Pendhapa si Panji adalah buatan Raden Adipati Panji Gandhakusuma yang sebelumnya bernama  Raden Mertawijaya.  Raden Adipati Panji Gandhakusuma  adalah putra Adipati Yudhanegara I yang saat menjabat bupati Banyumas bergelar Adipati Nunggak Semi Yudhanegara II.

Blabur Banyumas terjadi pada hari Kamis Wage sampai Sabtu Manis tanggal 21-23 Februari 1861. Banjir setinggi 3 meter yang menggenangi Kota Banyumas itu sebelumnya telah diramalkan oleh para kami tua "Mengko bakale ana betik mangan manggar" yang artinya akan ada ikan betik memakan manggar, bunga kelapa.

Pada saat Blabur Banyumas yang menjadi bupati Banyumas adalah Kanjeng Raden Adipati Cakranegara I dan residen Banyumas S. Van Deventer. Akibat Kota Banyumas dekat dengan Sungai Serayu dan sering terjadi banjir maka ibukota Kadipaten Banyumas itu dipindah ke Purwokerto.

Seiring pindahnya ibukota Banyumas ke Purwokerto pada tanggal 5 Maret 1937 Saka Guru Pendhopo si Panji pun ikut diboyong. Tetapi boyongan pindahan Pendhopo si Panji pantang menyeberang, melewati Sungai Serayu. Bagaimana rute jalan pindahan Pendhopo si Panji ke Purwokerto yang  tidak boleh melewati Sungai Serayu ini, entahlah. Apakah sudah pernah ada yang melakukan napak tilas?

Nah kiye ana sing nylekamin.  Ada yang menarik dan mengulik perhatian. Profesor sejarah Banyumas dari Universitas Mohammadiah Purwokerto Sugeng Priyadi telah membuat cuitan menggelitik  di akun FB-nya. Boyongan Saka Pendapa si Panji dulu yang katanya tidak boleh melewati Sungai Serayu tidak ada sumbernya. Boyongan Saka Guru si Panji itu diangkut dengan gerobag sapi melewati jembatan Kali Serayu. Apa enggane         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun