Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gandalia Festival Musik Bambu Nusantara Banyumas

21 Agustus 2018   15:46 Diperbarui: 21 Agustus 2018   15:52 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa si, Festival Musik Bambu Nusantara (FMBN)? FMBN adalah salah satu kegiatan yang menggelar penampilan konser ataupun parade musik yang menggunakan alat musik bambu. Festival Musik Bambu Nusantara ini sudah banyak digelar di berbagai kota di Nusantara. FMBN digelar sejak tahun 2006 yang diselenggarakan oleh kota penyelenggara dibantu oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Nah kuwe, Festival Kenthongan yang digelar setiap tahun di bulan Agustus sebagai acara dalam Kalender Wisata Banyumas apa bisa disebut sebagai Festival Musik Bambu Nusantara? Entahlah. Namun pada gelaran FMBN bukan saja alat musik kenthong, calung dll. yang dikarnavalkan tapi juga menyertakan berbagai macam acara. Ada konser musisi musik bambu, pameran  produk-produk dari bambu sampai pesta kuliner.

Eee ... Banyumas kaya lho, dengan berbagai jenis bambu. Nah, sekang  grupbahan bambu dikreasi menjadi berbagai alat musik seperti calung, angklung, krumpyung, gandalia, bongkel dan kenthong. Kreativitas pengrajin alat musik bambu menghasilkan bermacam jenis alat musik bambu. Kalau bambu-bambu itu dibelah dibuat menjadi bilah-bilah nada yang dilaras kemudian dirangkai dalam satu rancakan dan ditabuh dengan cara memukul jadilah calung.Kalau bilah-bilah nadanya digantung dan menabuhnya digoyang disebut angklung, krumpyung dan bongkel.

Heemmm .. ben lewih marem ngerti musik bambu yang ada di Banyumas, dimulai dari calung. Istilah calung mengandung dua pengertian, yaitu sebagai seperangkat alat musik bambu khas Banyumas dan sebuah pertunjukan musik dengan menggunakan calung, baik tampil mandiri atau untuk mengiringi lengger atau ebeg.

Gamelan calung semula disebut gambang renteng karena tersusun dalam bentuk rancakan dan direnteng. Dinamakan juga cangklung dari akronim pecahing angklung. Seperangkat gamelan calung terdiri dari, 1). Dua buah gambang sebagai gambang barung dan penerus, 2). Satu buah slenthem, 3). Kethuk kenong satu buah, 4). Gong sebul (tiup) satu buah dan 5). Kendhang batangan dan ketipung masing-masing satu buah.

Dalam perkembangannya sekarang ini calung tidak saja berlaras slendro, tapi juga dibuat laras pelog. Hal ini sebagai suatu perkembangan bahwa calung tidak saja untuk istrumen lagu-lagu Banyumasan tradisi,  namun juga dapat menyajikan lagu-lagu lainnya seperti langgam,  kroncong, pop, dhang dhut, rock dsb. Bahkan sekarang ini calung sering dipadukan dengan berbagai alat musik lainnya sebagai bentuk kolaborasi.

Nah kiye rada maen, bongkel. Bongkel apa bongkrek? Bongkel nggo bombong-bombong timbang jengkel. Bongkel grup musik bambu yang mungkin sudah punah dan bentuknya mirip calung atau tabung yaitu Bongkel.

Bongkel ini mempunyai wilayah nada 6 , 5 , 3 , 2 ( nem,ma,lu,ro ) terdiri dari satu ricikan. Berbeda dengan angklung pada umumnya yang dimainkan secara bersama (kelompok), maka pada alat musik bongkel  ini pemainnya adalah tunggal.

Lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu gending-gending Banyumasan seperti ; Kulu-kulu, Ricik-ricik, Bendrong Kulon dan sebagainya.          Pada perkembangannya sekarang ini nongkel dilengkapi dengan kendhang dan juga pesinden serta gong sebul. Bongkel hanya berkembang di wilayah Kecamatan Purwojati tepatnya di Desa Gerduren.

Berikutnya, kiye sing unik, orkestra gandalia. Gandalia adalah bentuk peristiwa kesenian embrio dari seni pertunjukan rakyat yang sekarang kita kenal dengan nama calung. Kesenian ini muncul di daerah pedesaan di perbatasan antara Kabupaten Banyumas dan Cilacap pada sekitaran akhir abad 17.

Gandalia merupakan  alat musik bambu yang bentuknya mirip angklung tetapi ukurannya lebih besar. Nada gandalia hanya empat jenis, yaitu ro, lu, mo dan nem. Keempat nada ini merupakan tangga nada yang kerap menjadi pathokan pada lagu-lagu banyumasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun