Pasangan Husein-Dewo dengan nomor urut 2  nyaris terjungkal kalah dari lawannya pasangan Mardjoko-Ifan nomor urut 1. Betapa tidak, mendekati injuri time Satgas Anti Politik Uang yang dibentuk oleh PDIP, partai  pengusung pasangan nomor 2  ini melakukan penggrebegan di rumah warga nahdliyin di desa Susukan Kecamatan Sumbang yang diduga sedang berlangsung transaksi pembagian amplop untuk mendukung pasangan nomor 1.
Penggerebegan  di rumah warga nahdliyin saat tahlilan, Senin malam (25/6/2018) sempat bikin panas suasana politik Banyumas. Maka keesokan harinya kantor DPC Kabupaten Banyumas digerudug massa nahdliyin dan pasukan Banser.Â
Mereka memprotes perlakuan Satgas Anti Politik Uang yang dianggap telah melecehkan tradisi mudajahadh, seperti slametan atau tahlilan yang sudah merupakan tradisi kalangan NU. Banser menganggap bahwa berkat tahlil atau uang dalam amplop tersebut  merupakan bisyaroh, hadiah, atau sodaqoh untuk peserta tahlil.
Walau akhirnya, gerudugan Banser itu berakhir dengan perdamaian, Budi Setiawan Ketua DPC PDIP Banyumas  dan Tim Husein-Dewo mohon maaf dan mencabut pengaduan masalah politik uang.Eskalasi politik sempat memanas lantaran terjadi pengerahan massa. Namun, akhirnya kedua belah pihak bersepakat untuk menyelesaikan persoalan ini dengan damai.
Gesekan kedua pasangan cabub-cawabub ini sebelumnya pernah terjadi pada masalah penanganan sampah yang didemo warga sekitar TPA di Kaliori Banyumas. Berhari-hari sampah menumpuk tak tertangani menjadi gorengan pihak lawan kepada petahana ini. Demo protes warga Desa Windunegara Wangon diduga dikompori pasangan nomor 1.
Sebenarnya, kedua pasangan dalam kontestasi meraih kekuasaan di Banyumas in i  adalah perebutan suara kaum nahdliyin, NU. Kedua pasangan memang tokoh NU, Husein dan wakilnya Dewo orang NU sedang Ifan wakilnya Mardjoko, juga orang NU. Namun, Ifan adalah pengurus NU di Bogor tempat asalnya berdomisili, dan pasangan Mardjoko-Ifan ini dusung oleh PKB.
Nah, kedua pasangan ini bertarung memperebutkan suara nahdliyin ini. Yang unik, Ifan yang oleh kaum perempuan, ibu-ibu, tante-tante kalangan NU sangat menggandrungi Ifan. Yang katanya, tampan, imut, cerdas, pintar karena lulusan ITB dan doktor dari universitas di Inggris. Para wanita Fatayat pun menggalang dukungan untuk sang idola, Ifan yang tampan.
Kejadian yang menghebohkan ikut menyulut perdebatan dan pertentangan oleh kaum nahdliyin yang mendukung kedua pasangan itu. Dikeluarkannya  siyasah oleh PCNU Banyumas untuk memilih pasangan Mardjoko-Ifan, menjadika  kaum nahdliyin bingung blingsatan untuk menentukan mau mennyoblos siapa.
Begitulah, persaingan memperebutkan suara nahdliyin pun berakibat gesekan-gesekan dan puncaknya mendekati  injury time meledak  saat Satgas Anti Politik Uang PDIP Banyumas menggerebeg tahlilan warga nahdliyin. Peristiwa ini tentu saja harus  digoreng sedemikian rupa sehingga terjadi gerudugan Banser.
Walau berakhir damai gesekan ini menjadikan para pendukung Husein-Dewo ini ketar-ketir  kelimpungan dan met-metan bisa menggerus suara pasangan nomor urut 2 ini. Namun, pada akhirnya drama perebutan suara nahdliyin ini pasangan Husein-Dewo berhasil menghimpun suara kalangan NU dan menjadikan pasangan ini memenangi kontestasi demokrasi dalam Pilkada Banyumas 2018.
Drama berujung happy ending bagi kaum nasionalis yang mengusung pasangan pemenang. Tetapi, PDIP Banyumas yang mempresentasikan suara .kaum nasionalis jangan jumawa dan terlalu percaya diri.Â