Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... -

Saeran Samsidi alias Pak Banjir wong Banyumas sing coag, cablaka tur semblothongan!

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Pak Banjir (8) Episode 6, Pak Banjir Pensiun

22 Januari 2018   17:24 Diperbarui: 22 Januari 2018   17:53 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: richo-docs.blogspot.com

Catatan Penulis :

Dalam rangka menyambut Hari Jadi Banyumas ke-447,  22 Februari 2018, saya unggah beberapa tulisan yang ada kaitannya dengan Banyumas, khususnya seni dan budayanya. Berikut adalah cerita jenaka Banyumas,  Pak Banjir.   Selamat membaca!            

Kini Pak Banjir menikmati hidupnya dengan tenang. Segala kebutuhan rumah tangganya sudah kecukupan. Papan, sandang, sawah dan ingon-ingon ternak seperti bebek, ayam, kambing, sapi dan kerbau dipelihara dengan baik di kandangnya. Pak Banjir jadi warga desa yang makmur jibar-jibur. Semuanya itu karena Dewi Keberuntungan selalu menyertainya. Semua keberhasilan pekerjaannya dikarenakan serba kebeneran.

Sore itu terasa nyaman. Setelah Pak Banjir menurunkan kurungan perkutut yang digantung di kerekan bambu menjulang tinggi di halaman rumahnya yang tenggarlalu menggantungnya di  teras rumah, Pak Banjir pun duduk di kursi goyang lalu meneplek-neplek jempol jarinya dengan jari tengah sambil menirukan suara burung perkutut bercanda dengan burung kesayangannya itu. Rasanya hidup ini nikmat sekali, begitu perasaan Pak Banjir.

Nyruput wedang jahe susu serta ngeplokpacitan  mendhoan anget, Pak Banjir mengenang masa-masa susahnya dahulu. Jadi tertawa sendiri ketika teringat kepala benjol dilempar muthuoleh istrinya. Masa-masa sangat sengsara ketika ia setiap hari selalu diomprang, dilempar alat-alat dapur dan diusir tidak boleh pulang kalau tidak membawa sembako. Melarat, jadi pengangguran memang menderita sekali. Tapi kini, hidup telah berkecukupan, derajat, pangkat, meningkat.  Semuanya itu  karena keberuntungan.

Keberuntungan selalu menyertainya. Mulai dari peristiwa si Pahing kambingnya  Mbekayu Rinah yang sengaja disembunyikan, mulailah hidupnya dilanda keberuntungan. Peristiwa demi  peristiwa, kasus demi kasus, misteri demi misteri sampai misteri yang paling menakjubkan hilangnya mas picis raja brana telung istana. Semuanya terpecahkan karena semata-mata karena keberuntungan. Lha, hidup kok tergantung pada keberuntungan saja? Apa keberuntungan akan langgeng selalu menyertainya? Suatu saat pasti Dewi Keberuntungan akan meninggalkannya.  Saat itulah ketidakberhasilan akan muncul,  kejatuhan pun terjadi.

"Pak ... Pak .... jahe susunya mau dijogi apa? Ini saya bawakan gorengan munthul, balok, sama gedhang goreng. Pokoknya komplet!" Mbok Banjir nongol ke teras sambil membawa pacitan yang diolah dari hasil tanaman pekarangan rumah. Pak Banjir terperanjat, buyar lamunannya mendengar ocehannya Mbok Banjir. "Lha rika masih suka melamun, Pak?" Mbok Banjir melanjutkan omongannya. "Sudah tua jangan suka melamun lagi. Sekarang  tidak  usah ndlepus lagi kaya jaman masih melarat. Sekarang kan sudah kaya raya tur jadi pejabat!" Mendengar semua  omongan istrinya Pak Banjir bangkit lalu menuntun istrinya itu untuk duduk.

"Gyeh.. Mboke  si Bedhor sini duduk padha gendhu-gendhu rasa rembugan bagaimana masa depan kita" "Lha, masa depan kita ya jelas cemerlang! Tentu kita makin kaya, kan?" "Mbok, kalau dipikir-pikir secara jernih sebenarnya keberhasilan kita ini kan kerena keberuntungan?"

"Memangnya kenapa? Itu kan anugerah Tuhan!" "Begini, kita ini jangan terus tergantung pada keberuntungan! Cepat atau lambat Dewi Keberuntungan tidak selalu menyertai kita. Suatu ketika kita pasti akan mengalami kegagalan" "Ia .. ya ... lalu bagaimana?"

Pak Banjir diam, kelihatan merenung. Suami istri itu lalu  diam tak mengucapkan lagi kata-kata. Mereka sedang menyelami keberuntungan yang selalu melekat. Bagaimana kalau keberuntungan tidak hinggap lagi, apa yang akan terjadi?

"Hiii ...!" tiba-tiba Pak Banjir njimprak bangkit dari duduknya. Mbok Banjir terkaget-kaget. " Aduuh .. ada apa si? Ngaget-ngageti?" Pak Banjir mengepal-kepalkan tangan kelihatan gembira sekali. Senyumnya mengembang bak kesurupan. "Mboke ... Mboke si Bedhor. Ini, nyong sudah nemu ide, dapat ilham" Mbok Banjir pun tersenyum gembira, "Sudah dapat wangsit? Ceritakan dong?" Akhirnya suami istri itu menemukan solusinya untuk menghindarkan akan ketergantungan pada keberuntungan. Malam ini mereka mempersiapkan segala ubo rampe untuk acara esok hari. Siasat apakah itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun