Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... -

Saeran Samsidi alias Pak Banjir wong Banyumas sing coag, cablaka tur semblothongan!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bubarkan Reuni 212

8 Desember 2017   15:28 Diperbarui: 8 Desember 2017   16:42 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ibnu Hariyanto/detikcom

. 


Memang seharusnya Reuni 212 dibubarkan saja. Karena selain banyak mendapat dukungan dari jutaan kaum muslimin tidak saja di sekitar Jakarta, Bogor, Bekasi, Tanggerang dan sekitar Jawa Barat, namun juga banjir simpati dan dukungan dari para umat muslim dari berbagai pelosok tanah air. Mereka rela berpanas-panas, berlelah-lelah, berbondong-bondong untuk ikut membahanakan aksi bela Islam itu dengan datang ke Monas Jakarta. Tentu tak sedikit biaya dan pengorbanannya itu.  

Betul, bubarkan saja Reuni 212. Karena begitu banyak pujian dan kekaguman banyak orang, baik itu para tokoh masyarakat, politisi, selebriti, ustad, ulama maupun masyarakat awan biasa. Juga memberikan banyak keuntungan dan rezeki melimpah para kaum wong cilik, pedagang asongan yang menjajakan air mineral, es teh, kopi, bakso, somai, kethoprak  dll.

Tak kurang juga puluhan ribu aparat yang ikut mengamankan dan melancarkan jalannya aksi tersebut agar berhasil sukses, tak ada aral melintang ataupun gangguan yang merusak acara. Baik itu kemacetan lalu lintas, kegaduhan karena padatnya massa, semuanya itu demi kenyamanan mereka yang sedang mensyiarkan keagungan Ilahi. Pasti bapak ibu aparat itu dengan ikhlas, penuh dedikasi menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Cucuran keringat mereka, rasa was-was dan kekhawatiran mereka, lapar haus, akhirnya terbayar lunas dengan kebanggaan. Mereka itu berjasa menjadikan Reuni 212 berjalan lancar, tertib, aman dan acara tersebut menjadi viral sampai ke dunia internasional. Para aparat keamanan itu pasti akan mendapatkan penghargaan dari pimpinan, komandan, atasannya. Kapolri pasti tidak akan mengabaikan jasa anak buahnya itu.

Yang paling menarik  dan itu menjadi alasan utama mengapa Reuni 212 perlu dibubarkan, yaitu parade fashion showbusana Islami. Reuni 212 lalu itu, mampu mewujudkan arena Monas menjadi catwalk raksasa terbesar sejagad. Dan menampilkan ratusan ribu peragawan dan peragawati yang mengenakan busana muslim dan menunjukkan betapa eloknya identitas  salafus shalih. (klik di sini) Lengkap dengan asesoriesnya seperti bendera-bendera tauhid warna hitam, umbul-umbul dsb.

Hooooop .... stop-stop dulu. Jangan keburu emosi, panas, lalu menghujat apalagi sampai persekusi. Bubarkan Reuni 212 ini yang saya maksud adalah istilahnya. Istilah reuni, penggunaan kata reuni pada kegiatan Renuni 212 ini. Sebaiknya diganti, jangan menggunakan kata reuni. Mohon maaf, kalau saya menggunakan kata bubarkan. (Maklum sebagai judul artikeluntuk merangsang atensi)

Jadi, yang tetap dipertahankan adalah 212, sebab ini menyangkut sejarah peristiwa pada tanggal 12 Desember 2016 tahun lalu, jadi jangan sampai Jasmerah. Kalau pada tahun-tahun depan 212 ini akan diulang, diadakan kembali setiap tanggal 12 pada bulan Desember istilah reuni dibubarkan saja, eh diganti. Sebab banyak orang atau ahli bahasa, menggunakan kata reuni untuk aksi yang spektakuler itu kata reuni kurang tepat. Apa mereka para peserta Reuni 212 adalah alumnus yang sedang berkumpul untuk temu kangen dengan teman-temannya seangkatan di almaternya? Teman-teman seangkatan waktu SMP/MTs. SMA/MA atau perguruan tinggi? Agaknya kata reuni ini memang  kurang tepat. Jadi diganti kata apa, ya? Nanti dipikirkan atau disayembarakan saja, bagaimana?

Nah, saya berkhayal, atau berangan-angan Reuni 212 diubah menjadi  Carnival of  Salafus Shalih212. Mengapa? Ya, karena itu tadi, ada catwalk raksasa, fashion show busana muslim lengkap dengan atributnya. Nanti, 12 Desember tahun depan, undang  dai-dai  dari seluruh  pelosok Nusantara yang belum kondang, belum menasional untuk diperkenalkan kepada masyarakat agar berkothbah di Monas. Undang para designer dan pengusaha busana muslim untuk memamerkan karya-karyanya di Monas.

Untuk  lebih meriah tentu saja para pesohor yang simpati pada gerakan ini perlu diundang untuk menyemarakannya, jangan cuma Ahmad Dhani  saja yang selalu tampil. Grup-grup musik islami seperti khasidah, marawis, dll. perlu ditampilkan. Oh ya, undang itu Yanto si Wiro Sableng dari Malang untuk membawa teman-temannya sebanyak mungkin untuk bercosplay ria Wiro Sableng untuk mengenang Bastian Tito sebagai pemegang merek kapak sakti Naga Geni 212.  Bagi para peserta karnaval ini selain berbusana muslim dengan berbagai inovasinya perlu ada yang berkuda serta membawa busur dan anak panahnya, agar maknyuusss, lah. Dan, jangan lupa perlu disediakan arena untuk para pedagang kaki lima yang harus menjajakan kuliner islami. Kurma, air zam-zam, kebab dan segala macam serta busana dan asesories islami.

            Akhir kalam, nyong njaluk pangapura. Mohon maaf berjuta maaf. Itu semua hanyalah khayalan atau angan-angan saja. Kan, boleh  kan? Semua itu demi gerakan bela Islam 212 menjadi suatu gerakan massa yang selalu dikenang dan dirindukan rakyat Indonesia yang mempersatukan umat Islam Indonesia yang terbingkai dalam balutan budaya bukan suatu gerakan untuk kepentingan politik. Amin, ya robalalamin!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun