Sebuah kemandirian dari seorang wanita terus berkembang. Kaum feminis pun mengalami hal demikian. Begitu juga dalam film berjudul little woman yang menceritakan tentang kemandirian seorang wanita.Â
Seorang ibu dengan suami yang sedang bertugas di luar kota. Sang wanita memiliki empat orang anak, yaitu Amy, Beth, Jo, dan Meg. Empat karakter anak-anak tersebut berbeda.
Bukan saja karakter yang berbeda. Sifat dan kesukaan mereka juga memiliki perbedaan. Beth yang lebih condong kepada menenun dan bermain alat musik, salah satunya piano.
 Amy yang memiliki kecenderungan dengan melukisnya. Meg yang memiliki obsesi menjadi artis. Sedangkan Jo yang memiliki obsesi menjadi seorang penulis sukses.
Dalam kehidupan mereka berempat dengan seorang ibu yang mendidiknya penuh kebahagiaan. Jo menulis sebuah naskah untuk dipentaskan drama, sedangkan Meg menjadi tokoh utama diikuti oleh Amy dan Beth menjadi tokoh pendukung. Kisah kehidupan mereka pun mengalir berjalan penuh lika-liku kehidupan keluarga.
Jo, yang merupakan seorang penulis inilah berawal film yang berdurasi dua jam-an tersebut. 'Aku memiliki banyak masalah dalam kehidupan, maka aku menulis untuk sebuah kebahagiaan' begitulah sebuah awal film bermula. Sebuah kata-kata yang dituliskan oleh Louisa May Alcott. Film ini merupakan sebuah pengangkatan dari novel berjudul sama dari novelis Louisa May Alcott.
Jo, yang diceritakan harus merelakan sebuah kebahagiaan yang dimiliki untuk kebahagiaan orang lain termasuk keluarganya. Film ini berkisah semasa perang saudara Amerika Serikat di tahun 1860-an. Jo, rela menjual mahkota kewanitaannya berupa rambut panjangnya untuk kepergian ibunya menjemput suaminya di lokasi perang.
Kisah kebahagiaan Jo lainnya yaitu tentu saja kisah cinta yang kian kandas. Jo, merelakan untuk memendam rasa cinta. Cinta yang dipendam semata-mata untuk kebahagiaan dan kesuksesan Jo dalam meraih kehidupan menjadi penulis. Namun, bukan sebagai penulis saja tapi lebih merelakan kebahagiaan untuk saudara perempuannya.
Film dengan rate 13 tahun ini memang perlu jeli memahami urutan cerita yang terangkai. Tertinggal satu step urutan cerita akan bingung dalam memahami cerita. Inilah sebuah keunikan film yang dirangkai memang berdasarkan naskah novel. Nah, disini memang sangat mengganggu jika harus dihadapkan pada penonton dengan rate 13 tahun dalam menonton film ini.
Film ini yang berkisah tentang Jo yang menulis kisahnya memang tak semudah yang dibayangkan. Jo, harus mengubah naskah demi meraih kebahagiaan para pembacanya. Bahkan, naskah yang ditulisnya rela tanpa memakai namanya. Namun, karena kepergiaan saudara tersayangnya yaitu Beth akhirnya Jo berusaha menulis kisah kehidupannya diumbar.Â