Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Potensi dan Prospek Lada

22 Februari 2018   12:37 Diperbarui: 22 Februari 2018   12:45 3206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lada merupakan salah satu komoditas unggulan sub sektor perkebunan Indonesia yang telah dikenal di seluruh dunia. Perkembangan luas areal lada mengalami penurunan terutama dalam lima tahun terakhir, tetapi produksinya justru meningkat sehingga produktivitas lada juga meningkat. Sementara itu perkembangan konsumsi lada per kapita juga cenderung meningkat yang disertai dengan peningkatan harga lada di pasar domestik maupun di pasar dunia.  Produksi lada nasional sebagian besar digunakan untuk keperluan ekspor. Dalam perdagangan internasional, volume ekspor lada Indonesia cenderung menurun karena kalah bersaing dengan lada dari Vietnam. Sebaliknya, volume impor lada, meskipun jauh lebih kecil daripada volume ekspor, tetapi meningkat pesat. Neraca perdagangan lada Indonesia hingga tahun 2016 masih berada pada posisi surplus.

Perkembangan lada di ASEAN dan dunia mempunyai kecenderungan yang hampir serupa dengan perkembangan lada nasional, dimana penurunan laju pertumbuhan terjadi pada luas tanaman menghasilkan pada periode lima tahun terakhir. sedangkan produksi dan produktivitas cenderung meningkat. Untuk tingkat ASEAN dan dunia, Vietnam dan Indonesia memegang peranan sebagai produsen dan sekaligus eksportir lada terbesar. Selanjutnya, untuk mengetahui peluang pengembangan lada Indonesia untuk lima tahun ke depan, maka disusun proyeksi penawaran dan permintaan lada. Hingga tahun 2019, Indonesia diproyeksikan masih akan mengalami surplus. Surplus tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hotel, restoran dan industri olahan lada, serta untuk menambah devisa negara melalui kegiatan ekspor.

Historis Tanaman Lada

Tanaman lada (Piper nigrum Linn) berasal dari daerah Ghat Barat, India. Demikian juga, tanaman lada yang sekarang banyak ditanam di Indonesia ada kemungkinan berasal dari India. Sebab pada tahun 110 SM -- 600 SM banyak koloni Hindu yang datang ke Jawa. Mereka itulah yang diperkirakan membawa bibit lada ke Jawa. Pada abad XVI, tanaman lada di Indonesia baru
diusahakan secara kecil-kecilan (Jawa). Tetapi pada abad XVIII, tanaman tersebut telah diusahakan secara besarbesaran (Anonim, 1980).

Lada adalah termasuk salah satu jenis tanaman yang telah lama diusahakan. Dan hasilnya pun telah lama pula diperdagangkan dipasaran Eropa. Sehingga perdagangan lada di Indonesia akhirnya dikenal di seluruh penjuru dunia. Lada yang dipasarkan ke Eropa tersebut dibawa para pedagang lewat pusatpusat perdagangan seperti Persia dan Arabia, Timur tengah dan Mesir. 

Di muka telah diutarakan, bahwa tanaman lada telah lama diusahakan. Hal ini bisa dibuktikan, bahwa semenjak tahun 372 SM, orang Yunani telah mengenal 2 jenis lada, yakni lada hitam dan lada panjang atau cabe. Pada tahun 1290 telah diadakan pula hubungan dagang lada antara Jawa dan Cina. Laju perdagangan lada Indonesia ini lebih pesat lagi, setelah Colombus pada 1492 bisa menemukan India Barat, di Kepulauan Timur yang banyak rempah-rempahnya. Dana kemudian disusul Vasco da Gama yang menemukan jalan baru, lewat ujung Afrika pada tahun 1498 (Anonim, 1980).

Pada abad pertengahan, lada merupakan raja perdagangan dan merupakan rempah-rempah yang maha penting dan berharga pada waktu itu. Bahkan bagi kerajaan Genua dan Venesia, lada menjadi sumber kekayaan, sebagai halnya minyak tanah di Indonesia dewasa ini. Karena pada waktu itu lada dianggap sangat berharga sehingga pada abad XIV dan XV, di Jerman lada tersebut dipergunakan sebagai nilai tukar seperti halnya uang. Lada juga dipergunakan untuk membayar gaji pegawai, pajak dan lain sebagainya.

Perkembangan dan Peluang Lada

 Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan ekspor lada Indonesia terus meningkat, seiring dengan penurunan volume impor. Hal ini sejalan dengan program Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang mencanangkan Rempah Indonesia Berjaya di Dunia. Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan menyatakan, bahwa produksi lada nasional pada 2016 mencapai 82,17 ribu ton. Besarnya produksi ini naik 0,82 persen dari produksi 2015 yang sebesar 81,50 ribu ton.

Selain itu, devisa yang dihasilkan dari ekspor lada pada 2016 mencapai US$ 431,14 juta. Sementara, produksi lada pada 2017 diperkirakan naik 0,97 persen, yaitu 82,96 ribu ton. Melihat peningkatan tersebut, Kementan optimistis produk rempah-rempah Indonesia bisa berjaya di dunia. Dari besarnya produksi tersebut, pada 2016 total ekspor lada Indonesia 53,10 ribu ton. Ekspor lada pada periode Januari hingga Agustus 2017 mencapai 27,46 ribu ton atau naik 16,57 persen dibanding pada periode yang sama pada 2016 yang hanya 23,56 ribu ton.

Sementara itu hasil dari kebijakan pemerintah untuk pengendalian impor dan mendorong ekspor sudah terlihat. Hal ini tecermin dari meningkatnya volume ekspor tersebut diikuti dengan menurunnya volume impor. Impor lada pada periode Januari hingga Agustus 2017 hanya 690 ton, sedangkan impor lada pada periode yang sama di 2016 sangat tinggi, yakni 2.663 ton. Hal ini menunjukkan , bahwa  volume impor lada menurun signifikan, yaitu 74 persen. Ini membuktikan kondisi pertanaman lada Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga bisa berjaya lagi seperti waktu 500 tahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun