Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Efek Hitam Ingar Bingar Politik Jakarta

19 Oktober 2017   07:49 Diperbarui: 20 Oktober 2017   01:10 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: http://selcuksofta.com

JAKARTA, menjadi contoh rill sebagai daerah dengan tingkat polemik yang lama, paska ajang demokrasi Pilkada DKI Jakarta pun belum usai di wacanakan. 

Sejarah memang begitu adil dalam menyampaikan kabar tentang dinamika polemik ini kepada publik seantero indonesia. 

Pertentangan kekuatan dua kubuh politik dalam ajang demokrasi April 2017 lalu, telah memberikan gambaran jelas. Pangkal polemik yang kian memanas ini tidak dapat diterka oleh publik dengan batas kemampuan pengetahuan tentang politik dan efek hitamnya. 

Hari ini, hari ketiga paska pelantikan Gubernur DKI Jakarta (Anies Baswedan) dan Wakilnya (Sandiaga Uno). Kehadiran mereka berdua sebagai orang nomor satu dalam urusan pemerintahan di Kota Jakarta seakan menjadi ancaman besar oleh kelompok tertentu. 

Saya tidak perlu menggambarkan latar belakang polemik ini terjadi, media sudah berkabar dalam beberapa hari ini tentang perkara polemik yang demikian. 

Saya pun tidak sedang bermaksud manaruh kira siapa yang benar atau salah dalam perkara politik di Jakarta beberapa hari ini. Apalagi sampai meramal sebuah masa depan kepemimpinan seorang yang notabenenya berpengalaman dalam hal memimpin. 

Ini hanyalah sebuah tulisan pendek tentang efek hitam ingar bingar polemik terjadi. Hanya menyampaikan, dengan tujuan mengingatkan sekali lagi efek hitam polemik ini nantinya akan mewabah kepada ajang demokrasi didaerah terluar pulau jawa. 

Kejadian seperti yang kita simak ini, bukanlah terjadi hanya pada Kota Jakarta saja, bahkan jauh sebelum ini. Semua daerah berpolemik yang sama dengan menghadirkan banyak efek hitamnya. Jauh sebelum bangsa ini menjadi bangsa yang maju, polemik terlihat pada demokrasi yang dijalankan beberapa tokoh pendiri bangsa. 

Berbeda pendapat, konsep demokrasi, kerja politik, pemerintahan dan bahkan organisasi pemuda pada masa bangsa ini baru merdeka menuai polemik yang sama seperti yang terjadi sekarang. 

Tetapi, polemik politik zaman dahulu berbeda dengan sekarang. Pemuda-pemuda pejuang dan tokoh pendiri bangsa ini memiliki pengetahuan nan kuat tentang politik dan demokrasi sehingga polemik hanya sebatas berlangsungnya ajang demokrasi. Ketika paska dari itu, berhimpun, berkumpul dan saling merangkul kembali. 

Sekarang, dunia terasa begitu menjepit sebab sempit. Kepala orang-orang dengan jutaan pemahaman malah memilih polimik sebagai jalan menempuh kepuasan atas maunya sendiri. Orang lain yang menjadi korban, itu mungkin hal biasa. Tren politik tanpa mengenal kawan dan sejatinya hanyalah musuh abadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun