Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Money

Nafkah yang Terpajang

4 Oktober 2017   04:08 Diperbarui: 2 November 2017   03:27 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi : Dalam foto ini, terlihat beberapa lukisan hasil seniman lukis yang masih terpajang rapi deidepan salah satu Pusat Perbelanjaan Jakarta (Blok M).

Terpampang jelas didepan ribuan mata yang melintasi, sambil melirik dengan sedikit mengerutkan dahi didepan deretan lukisan buah tangan dari penggemar lukisan foto dan karikatur. Sepertinya bingung menerka apa sih makna sebenarnya pajangan lukisan didepan mata. 

Hasil kreasi, mengaduk imajinasi menjadikan daya inspirasi dengan melukis berbagai tipe, baik itu warna dan hitam putih. Karya mereka para seniman ini diabadikan, dirumah, kantor atau diruangan-ruangan pribadi pecinta lukisan. 

Seniman, adalah mereka yang terinspirasi serta menginspirasi dirinya dan orang lain. Orang biasa hanya sesaat melirik dan berlalu begitu saja. Tetapi penggemar lukisan, mereka menggunakan rasa penasaran sebagai senjata utama meraba lalu menerka makna dari lukisan yang dipajang ini. 

Hasil karya (lukisan) berupa foto dan banyak jenis lainnya dapat mempertemukan pecinta lukisan dan para pelukis, di tempat yang sama. Kalaupun ada peminat yang tertarik dengan karya mereka. Terjadilah tawar menawar. Proses ini tidak hanya sekedar jual beli atau transaksi biasa. 

Membeli karya seni tidak seperti membeli satu atau dua gram emas. Transaksi karya lukis ini lebih kepada menghargai lelah dan upaya yang mereka (Pelukis) pajang sebagai nafkah. Orang tidak mencintai lukisan bisa jadi melihat pajangan foto seni lukis ini sebagai foto biasa, lain halnya dengan kolektor seni dan pecinta lukisan. 

Nilai yang mereka hargai pun setimpal dengan lelah mereka, kita bisa memahami foto yang dipajang adalah nafkah kalau kita melihat dari sisi sebagai orang yang sama-sama mencari nafkah. Melihat dari sisi lain, yang kita dapat bahkan lukisan biasa, ataupun kita hanya menatap dengan tatapan kosong tanpa makna sama sekali. 

Senin, 28/08/2017 sore itu, bersama dengan dua orang senior saya melewati depan satu pusat perbelanjaan ternama. Menuju tempat makan yang ada dan biasanya setiap sore dari pukul 18.00 wib sudah dipadati pengunjung. 

Salah seorang senior menghampiri satu pelukis lalu bersalaman, sepertinya mereka sudah lama kenal. Selintas terdengar "Bang, lukisannya sudah kelar, sementara lukisannya ada dirumah" kata pelukis.

"Oh, besok atau kapan bisa saya ambil?, Eh, tinggal Rp 500.000 lagi ya mas?" lanjut senior saya. Itu kata terakhir yang sempat terekam ditelinga saya. Dihargai demikian mahal sudah barang tentu lukisannya bukan lukisan biasa kan? Entahlah, hanya mereka yang tahu. Maksudnya kita tidak biasa berlama-lama menjadi orang yang penasaran, ditinggallah mereka saling ngobrol, saya menuju tempat makan yang pas dan enak pastinya didekat tempat mereka ngobrol.

Sampai pada saat kami makanpun rasa penasaran masih saja melintasi fikiran saya, mencoba meraba makna dan kerja yang para seniman ini geluti. Mereka tidak mempedulikan apa kata orang tentang bagaimana hasil lukisan mereka, bahkan seakan yang melintasi alam fikir seniman-seniman ini adalah hanya seni. 

Seni yang buat mereka menjadi lebih hidup dalam berkarya dan terus berkarya untuk tetap hidup. Ini adalah filosofis menurut hemat saya tentang mereka dan karya yang mereka pajang disepanjang halaman depan pusat perbelanjaan itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun