Mohon tunggu...
Sadar Krisman Waruwu
Sadar Krisman Waruwu Mohon Tunggu... Mahasiswa unika Santo Thomas Medan

Wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menakar Masa Depan Rupiah di Tengah Krisis Global

18 Juli 2025   11:04 Diperbarui: 18 Juli 2025   11:04 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:uang dolar (pixabay)

Di tengah gejolak ekonomi global yang belum juga mereda, nilai tukar Rupiah kembali menjadi perhatian publik dan pelaku pasar. Ketidakpastian akibat perang dagang, tensi geopolitik, inflasi global, dan perubahan suku bunga Amerika Serikat membuat posisi mata uang negara-negara berkembang---termasuk Indonesia---semakin rentan. Lantas, bagaimana masa depan Rupiah di tengah ketidakpastian ini?

1. Rupiah dan Gejolak Eksternal

Sebagai negara dengan sistem ekonomi terbuka, nilai Rupiah sangat dipengaruhi oleh sentimen global. Ketika The Fed (Bank Sentral AS) menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi, aliran dana asing cenderung keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, demi mencari imbal hasil yang lebih tinggi dan aman di AS. Akibatnya, tekanan terhadap Rupiah meningkat.

Ketegangan di Timur Tengah dan konflik antara Rusia-Ukraina turut menyumbang ketidakpastian ekonomi global. Harga energi yang melonjak, serta gangguan rantai pasok, memperburuk tekanan terhadap negara importir seperti Indonesia.

2. Ketahanan Domestik: Seberapa Kuat?

Namun, Indonesia bukan tanpa modal. Cadangan devisa yang relatif stabil, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan keberhasilan menjaga inflasi tetap dalam target menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup baik. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5% menunjukkan bahwa sektor riil masih bergerak.

Langkah Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas Rupiah melalui intervensi di pasar valas dan penguatan koordinasi dengan pemerintah telah memberikan sinyal positif ke pasar.

3. Strategi Ke Depan: Bertahan atau Berubah?

Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memperkuat koordinasi kebijakan fiskal dan moneter. Diversifikasi sumber cadangan devisa, peningkatan ekspor non-komoditas, serta penguatan hilirisasi industri menjadi kunci agar nilai Rupiah tidak hanya bergantung pada ekspor bahan mentah.

Di sisi lain, mendorong digitalisasi sektor keuangan dan memperluas transaksi dalam mata uang lokal melalui kerja sama Local Currency Settlement (LCS) dengan negara mitra juga menjadi strategi jangka panjang yang menjanjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun