Mohon tunggu...
Sadam Syarif
Sadam Syarif Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis jalanan

Suka ngopi

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyemai Asa Negara Agro-Dollar di Era New Normal

5 Juni 2020   06:20 Diperbarui: 5 Juni 2020   11:59 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak ekonomi global yang ditimbulkan oleh pandemik corona virus begitu terasa. Beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura bahkan sempat terkontraksi ke dalam jurang resesi ekonomi. Indonesia yang juga sempat terseok-seok oleh tingginya arus keluar modal asing melampaui krisis keuangan 2008, akhir relatif stabil meski CAD masih dalam posisi diagram terbalik, alias minus. 

Namun secara keseluruhan konstruksi fondasi ekonomi nasional cukup lebih baik karena rasio daya beli dan inflasi yang tidak begitu melebar. Di samping adanya insentif fiskal berupa bantuan sosial secara tunai bagi masyarakat yang terpapar dampak covid.

Kontraksi hebat ekonomi yang melorotkan angka pertumbuhan ekonomi RI di posisi 2 % ini, tidak saja melumpuhkan semua aktivitas jasa, baik transportasi, keuangan, logistik, hingga makanan. Angka importasi turut terpapar signifikan hingga 19% di April. Demikian juga data ekspor yang terkoreksi sebesar 7,02 %, konon kata BPS kecuali ekspor produk pertanian. 

Ekspor komoditi pertanian Indonesia di masa pandemik memang tercatat meningkat dan secara keseluruhan hampir surplus. Meskipun Neraca perdagangan Indonesia pada April masih tercatat defisit tipis US$ 0,35 miliar lantaran nilai ekspor yang lebih rendah, yakni US$ 12,19 dibanding nilai impor US$ 12,54 miliar.

Kinerja ekspor yang hanya ditopang oleh vitalitas komoditi pertanian ini, tidak hanya menjadikan total ekspor Indonesia secara kumulatif mencapai US$ 53,95 miliar dibanding 2019 atau naik 0,44% (yoy), namun lebih dari itu,  secara psikologis dampak positif pasar ini telah mengarahkan fokus pikiran dan kehendak politik kita ke sektor yang pernah mengharumkan nama bangsa di dunia internasional ini. 

Di mana bangsa ini seharusnya menjadikan sektor pertanian sebagai competition advantage-nya. Juga sebagai core business yang bisa dijadikan senjata diplomasi negara-negara maju sub tropis yang hanya bermodalkan teknologi.

Sebagai negara agraris yang kaya akan biodiversitas, Indonesia seharus mampu menjadi negara utama pemasok kebutuhan pangan dunia. Baik yang bersumber dari hewan maupun tumbuhan dan yang berasal dari laut apalagi yang tumbuh dari tanahnya yang subur. Zamrud khatulistiwa merupakan manifestasi surga yang digambarkan dalam kitab-kitab samawi. Orang bilang tanah kita tanah surga, demikian cuplikan lirik salah satu lagu Koes Plus yang hits di era 80-an. 

Namun sayangnya hingga saat ini, keberkahan kekayaan biodiversiti ini belum mampu dikembangkan secara tepat, sehingga pemerintah lebih gemar memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dengan jalan mengimpor dari negara lain. Dari beras, singkong bahkan mata paculnya, mungkin juga petaninya. Apalagi buah dan sayuran sub tropis.

Sektor pertanian secara bisnis, sejatinya merupakan sektor rill yang paling memungkinkan untuk dijadikan solusi pengangguran informal. Baik pengangguran yang berkompetensi khusus (sarjana pertanian) apalagi pengangguran awam. Hitunganannya sederhana saja, Jika 1 juta hektar lahan sawah diolah dengan prinsip Good Practice Agriculture yang mampu mengangkat produktivitas padi rata-rata minimal 5 ton/perhektar untuk satu musim tanam, maka Indonesia secara kontinyu akan menjadi negara pengekspor beras dunia.

Di sisi lain, cadangan lahan kering dan ladang bisa disulap menjadi industri tanaman hortikultura dengan sentuhan teknologi pertanian yang sesuai, maka semua jenis sayuran, buah, tanaman biofarmaka dan tanaman hias Indonesia akan menjadi primadona pasar Internasional. Sumber daya lahan dan infrastruktur irigasi yang dibangun sejak 5 tahun lalu sudah cukup menjadi modal untuk melakukan ekstensifikasi sektor pertanian Indonesia. 

Hanya dibutuhkan political will pemerintah untuk melakukan pengembangan SDM petani dan regenerasi petani melalui rekruitmen petani muda profesional lulusan Sekolah Kejuruan dan fakultas pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun