Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syahadat dan Segala Konsekuensi (Pengucapan)nya

20 Februari 2015   13:58 Diperbarui: 7 April 2016   11:25 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sebuah sumpah yang sangat kompleks (dok Santri Gaul/edit WS)"][/caption]

KH Dang Fathurrahman, salah seorang pemuka ulama dalam jamaah tasawuf  At-Tijani Indonesia maupun internasional, dalam sebuah kesempatan kajian agama di Bandung beberapa waktu lalu memaparkan pemahaman awal konsep ikrar syahadat yang merupakan Rukun Islam pertama sekaligus langkah pertama pengakuan keislaman seorang mualaf secara syar’i.

Lafal ‘asyhadu alaa ilaaha illaallooh’ ternyata memiliki pengertian yang bukan hanya bermain di tatar pemikiran namun juga aspek perilaku. Kata ‘asyhadu’ merupakan pernyataan sumpah setia dengan makna yang kompleks karena di dalamnya terkandung beberapa konsekuensi yang harus dijalankan oleh pengucapnya; yakni sebagai ikrar yang harus diucapkan, digali pengertiannya lewat pencarian ilmu, diketahui, dan diakui kebenarannya lantas dari rangkaian proses itu tumbuhlah iman hingga dia berani bersaksi. Kata penghubung ‘an’yang diikuti ‘lam alif’ lantas lebur pengucapannya menjadi ‘al’ menegaskan bahwa sesungguhnya ucapan, tindakan, dan gagasan harus diimplementasikan dalam tingkah laku.

Sumpah setia itu ditujukan pada siapa? Lanjutannya adalah lafaz ‘laa ilaaha’ yang memiliki makna “tidak ada yang wajib disembah/diibadahi, tidak ada yang layak dijadikan tujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani-rohani dan tujuan ibadah, yang tidak bisa dibuktikan keberadaan/wujudnya dengan akal (dalil aqli ) maupun Al-Qur’an (dalil naqli ), tidak ada yang menjadi tumpuan pencarian dalam upaya memenuhi segala keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh makhluk”.

Siapakah yang memenuhi kriteria begitu ‘khusus’ itu? Jawabnya tercantum dalam lanjutan lafaz syahadat , yakni ‘illa Alloh ‘, maknanya “dengan sesungguh-sungguhnya hanya Alloh”.

Sementara makna kalimat berikutnya dalam syahadat, yakni ‘asyhadu anna Muhammadarrosuulullooh’ adalah sumpah setia sebagaimana tercantum dalam alinea kedua di atas dan ditujukan pada sosok Muhammad yang merupakan utusan Alloh Swt . Muhammad dalam syahadat adalah dia yang memenuhi kriteria “ Muhammad putra Al Mutholib yang merupakan putra Hasyim, yang dilhairkan dari bangsa Mekkah kemudian menjadi bangsa Madinah, yang diperintah oleh Alloh Swt kepada segenap bangsa manusia dan jin, dengan didatangkannya agama Alloh dimana Alloh Swt meridhoi agama tersebut, yaitu agama Islam “

Pemahaman menyeluruh terhadap makna syahadat akhirnya menuntun pada sebentuk keridhoan jiwa-raga yang dimanifestasikan dalam kalimat ‘ rodhiitubillaahi robbaa wa bil islaami diinaa wabimuhammadin nabiyya warosuula’ (“Kami ridho Allah menjadi Rabb kami dan ridho Islam menjadi agama kami dan ridho kami nabi Muhammad menjadi nabi Alloh yang menyampaikan risalah Dien Alloh kepada kami”).

Bila syahadat telah mampu diucapkan sekaligus dijiwai, maka refleksinya dapat terlihat pada perilaku maupun sikap hidup pengucapnya yang akan senantiasa  mengacu pada koridor keislaman  secara kaffah (menyeluruh). Semakin banyak elemen dalam masyarakat Muslim yang mampu mencapai tahapan tersebut akan kian nyata pula kebenaran fakta bahwa Islam hadir sebagai rahmat bagi alam semesta ini.

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun