Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Telur dan Madu Buatan Pabrik, Benarkah Lebih Enak?

5 April 2021   09:57 Diperbarui: 5 April 2021   10:01 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan dan konten madu atau telur buatan diklaim sama bahkan lebih baik dari aslinya (doc.Livekindly, Meli Bio/ed.WS)

Darko Mandich adalah seorang vegan yang tidak hanya menghindari konsumsi produk hewani langsung berupa daging, namun juga produk yang melibatkan peran hewan dalam menghasilkannya seperti susu, telur, dan madu.

"Sebagai seorang vegan, saya pasti rindu mengonsumsi madu." Kata Darko, yang juga salah satu pendiri dan kepala eksekutif MeliBio,  pada BBC News dengan prihatin.

Solusi yang dipilihnya untuk menjawab kerinduan akan madu adalah dengan mensimulasikan proses pembuatan alamiah madu tanpa melibatkan lebah sama sekali,"Ketika Anda melihat madu dan cara pembuatannya, itu dimulai dengan lebah mengumpulkan serbuk sari dan nektar dari bunga lalu mengubahnya menjadi bahan penyusun madu, yaitu fruktosa dan glukosa."Papar Darko,"Kami mensimulasikannya di laboratorium, menggunakan mikro-organisme yang bekerja membangun blok awal madu."

Selama beberapa tahun terakhir, alternatif nabati untuk daging dan susu semakin tersebar luas, namun ada banyak kalangan yang menilai bahwa produk buatan itu masih jauh dari aslinya dalam hal rasa, tekstur, atau kemudahan penggunaan. Sekarang ini sejumlah perusahaan baru seperti MeliBio, sebagaimana dirilis BBC News, menggunakan cara fermentasi untuk menghasilkan produk vegan yang secara biologis identik dengan produk aslinya.

Proses fermentasi yang semula berorientasi pada pembuatan bir, kini dengan  menyesuaikan mikro-organisme yang digunakan secara cermat dan memilih stok pakan yang tepat, dimungkinkan untuk membuat produk akhir yang berbeda mulai dari madu, putih telur, hingga susu.

Salah satu perusahaan yang mengambil pendekatan ini adalah Better Dairy, perusahaan rintisan yang berbasis di London yang mengembangkan susu dan keju melalui fermentasi ragi,"... anda dapat menggunakan ragi sebagaimana kami menggunakan ragi untuk pembuatan bir , tetapi kami mengkondisikan ragi sedemikian rupa sehingga alih-alih memproduksi bir, ia menghasilkan produk sesuai dengan keinginan kami."Kata Jevan Nagarajah, salah satu pendiri dan kepala eksekutif perusahaan itu.

Teknologi di Better Dairy adalah berupa pemakaian ragi sebagai platform konversi dari masukan gula pada mikrooragnisme yang biasa digunakan dan mengubahnya menjadi produk susu.

Teknik serupa digunakan untuk menghasilkan putih telur oleh perusahaan Clara Foods yang berbasis di San Francisco di ambang produksi massal dan berharap menjadi produsen protein telur terbesar di dunia pada tahun 2028,"Teknologi fermentasi milik kami memungkinkan kami untuk mengontrol dan bahkan membuat tekstur, rasa, dan fungsionalitas kuliner telur (buatan kami) lebih baik dari telur yang dihasilkan hewan."Kata Arturo Elizond,  salah satu pendiri dan kepala eksekutif perusahaan itu (BBC News, 23 Maret 2021).

Selain membuat kaum vegan senang, produk buatan tersebut mungkin memiliki manfaat lingkungan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, pengolahan daging dan susu telah menyebabkan sekitar 14,5% dari emisi gas rumah kaca global. 

Sementara itu, nafsu makan dunia akan madu murni alami merugikan banyak spesies lebah, menurut Drako,"Peternakan lebah komersial di seluruh dunia lebih menyukai satu spesies lebah madu saja untuk memenuhi permintaan madu yang terus meningkat, akibatnya mereka secara aktif harus bersaing dengan spesies lebah liar sehingga populasi yang terakhir ini kian menyusut."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun