Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AS Mengizinkan Irak Mengimpor Gas Iran?

12 Februari 2020   18:31 Diperbarui: 12 Februari 2020   18:32 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Perminyakan Irak Thamir Ghadhban (kanan) didampingi Menteri Energi AS Rick Perry, masih sulit bagi Irak untuk lepas dari impor gas/minyak Iran (doc. i24NEWS,Middle East Institute/ed. Wahyuni)

Tepatnya Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan bersedia menutup mata dan membiarkan Irak mengimpor gas dan pasokan listrik dari Iran yang tengah berseteru sengit dengannya namun, menurut tiga pejabat senior Irak yang bersedia diwawancarai secara anonim.

Departemen Luar Negeri AS siap melakukan 'pembiaran' selama tiga bulan dengan syarat Irak mampu membuat timeline rincian rencana melepaskan diri dari ketergantungan pasokan Iran akhir minggu ini (Associated Press, 10 Februari 2020).  Pembiaran impor sebelumnya diberikan pada bulan Oktober 2019 dan segera berakhir pada 13 Februari 2020.

Para pejabat Irak mengatakan pembiaran baru itu akan menjadi ujian bagi hubungan Baghdad-Washington setelah ketegangan meningkat akibat serangan udara AS pada 3 Januari 2020 lalu di dekat bandara Baghdad yang bukan hanya membunuh menewaskan jenderal Iran Qassem Soleimani, namun juga menewaskan pemimpin senior milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis.

Sejak itu para pemimpin politik Syiah Irak telah mengajukan resolusi yang tidak mengikat melalui parlemen untuk menekan pemerintahnya agar mengusir pasukan AS dari negara itu.

Namun Washington menolak mentah-mentah wacana penarikan pasukan,bahkan mengancam menjatuhkan sanksi primer yang dapat melumpuhkan ekonomi Irak. Ketegangan mereda dalam beberapa pekan terakhir setelah kedua belah pihak menahan diri dari berbagai retorika yang memanaskan situasi. .

Irak memang masih sangat tergantung pada gas alam Iran untuk memenuhi kebutuhan listriknya, terutama selama bulan-bulan musim panas yang terik ketika hasil impor digunakan untuk memenuhi sepertiga dari konsumsi nasional. Keterlambatan pembayaran oleh Baghdad untuk listrik dan gas Iran tahun 2018 telah mengakibatkan gangguan stabilitas Irak dalam beberapa tahun terakhir.

Pembiaran AS yang dimulai sejak November 2018, saat rezim Trump mulai memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran, itu memungkinkan Irak untuk menghindari hukuman dan menggelontorkan miliaran dolar pada Iran untuk impor energi.

Ancaman pemberian sanksi oleh Washington dimaksudkan untuk mendorong pemerintah Irak membangun insfrastruktur pasokan listrik domestik dan mengurangi ketergantungan pada Iran. Irak saat ini diketahui terpaksa merelakan sumber-sumber gasnya tak tergarap karena tak memiliki infrastruktur untuk mengeksplorasinya.

Ancaman tersebut telah memberi para pejabat Irak pilihan sulit, yaitu mengakhiri impor dari Iran yang merupakan sumber vital listrik negerinya atau aksesmereka ke matauang AS ditutup padahal Irak memiliki menyimpan miliaran dolar pendapatan industri minyak di Federal Reserve Bank (New York). Minyak menyumbang 90% dari pendapatan negara Irak.

Kabinet Irak berupaya menenangkan Washington untuk memperbarui pembiaran impor sanksi dengan menyetujui enam kontrak minyak yang diberikan oleh Kementerian Perminyakan pada April 2018 yang diharapkan bisa meningkatkan pasokan gas domestik dalam lebih dari dua tahun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun