Di era pemerintahan mendiang Presiden Soeharto, istilah 'sowan' (berkunjung untuk menyatakan penghormatan pada seseorang) dan 'minta petunjuk' pernah sangat populer di kancah politik Indonesia. Hal serupa terjadi di AS jelang pemilihan presiden yang akan digelar November 2020 mendatang saat para kandidat calon presiden Partai Demokrat silih berganti sowan pada mantan presiden Barack Obama (Politico Magazine, 26 November 2019).
Saking pentingnya acara kunjungan itu sampai-sampai disamakan dengan ziarah keagamaan, terbukti dengan cara mereka menamai aktifitas kunjungan ke West End untuk bertemu sang mantan presiden itu dengan 'The Pilgrimate'.
Kawasan West End di Washington DC, terletak di antara dua distrik yang lebih terkenal, yaitu Georgetown dan Dupont Circle. Biasanya wilayah itu hanya dilewati bergitu saja dan bukannya menjadi tempat tujuan sampai Obama memutuskan untuk menyiapkan kantor pribadinya di sana empat tahun silam.
Begitulah di salah satu rumah berdinding beton dan kaca di wilayah itu lelaki yang berdasarkan  polling merupakan anggota Partai Demokrat paling populer di Amerika dan, menurut sebuah survei global, juga lelaki nomer dua paling dikagumi dunia itu menjalankan peran sebagai penasehat para kandidat capres partainya.
Ziarah presidensial pertama dimulai pada awal 2018 dan terus berlangsung melewati musim panas tahun ini. Tidak semua kandidat merasa wajib bertemu dengan Obama, contohnya Andrew Yang dan Tulsi Gabbard, namun lelaki yang semasa kecil pernah tinggal di Indonesia itu menyatakan bahwa dia siap menerima siapa saja yang meminta saran.
Namun semakin dekat secara pribadi dengan Obama, semakin simpel pula proses pemberian saran itu. Seperti Joe Biden yang sudah sangat akrab dengan keluarga Obama atau Deval Patrick yang merupakan sahabat dekat, mereka tak harus  sowan ke West End untuk bertukar pikiran dengan Obama. Sebaliknya bagi para kandidat lain seperti Elizabeth Warren, Bernie Sanders, Pete Buttigieg, Kamala Harris, Cory Booker, Beto O'Rourke, Steve Bullock, dan lainnya; temu muka dengan Obama sama pentingnya dengan merencanakan langkah awal kampanye pertama mereka.
Obama mengatakan bahwa dia biasanya menawarkan tiga poin besar pada para kandidat : Jangan mencalonkan diri jika anda tidak berpikir anda adalah orang terbaik untuk menjadi presiden, pastikan anda memahami pengaruh yang akan ditimbulkan kampanye terhadap keluarga, dan tanya diri sendiri, "Bisakah Anda menang?".
Seperti yang ia katakan baru-baru ini di sebuah acara donor di Washington, "Anda memang tidak dijamin menang; tetapi apakah anda punya teori tentang jalur yang harus ditempuh agar bisa menang bukan hanya pada pemilihan tahap awal namun juga menang dalam pemilihan umum. Semua akan merupakan latihan yang bermanfaat saat anda berhasil meraihnya. Tujuan haruslah benar-benar menjadi presiden lalu dapat memimpin negara dan dunia secara serius. "
Setiap pertemuan itu seakan menyiratkan betapa para kandidat sangat berhasrat untuk mendapat wejangan dari sosok yang kedudukannya di mata mereka menyerupai suhu alias  master  tertinggi tersebut agar bisa memenangkan pemilihan di tingkat partai sampai menjadi presiden. Namun mereka juga sangat paham, sebagaimana Obama dan penasehat terdekatnya menjelaskan, bahwa yang terpenting baginya adalah menemukan kandidat yang tepat untuk mengalahkan Donald Trump.