Mohon tunggu...
Humaniora

Benarkah Aisyah Dinikahi Rasul SAW Saat 6 Tahun?

15 Juli 2015   10:40 Diperbarui: 15 Juli 2015   10:52 2940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan:

Postingan ini bukan tulisan saya pribadi, tetapi merupakan terjemahan saya secara agak bebas atas makalah yang ditulis oleh Islam Buhairiy, dalam situs: http://www.youm7.com/News.asp?NewsID=35802#.U1vt4Ve3_IU

Saya terobsesi untuk menerjemahkan dan mempostingnya di Kompasiana, karena saya setuju dengan poin-poin analisis historisnya.

***

Sirah dan kalender zaman yang termaktub dalam kitab-kitab utama justru membantah hadis-hadis Bukhariy, dan sebaliknya; menguatkan sebuah asumsi bahwa putri Abu Bakar itu menikah dengan Nabi Saw ketika berusia 18 (delapan belas) tahun

*** 

Bertolak dari isu ini, Islam menerima banyak kutukan dan hujatan. Dari wacana berbau polemis  inilah kemudian muncul banyak hal yang sifatnya mengada-ada, ilusi, namun menuju pada satu titik, yakni hendak mengritik tindakan Rasul Saw khususnya terkait dengan para istrinya, relasi beliau dengan kaum perempuan, dan sebagainya. Begitu banyak kisah hadis tentang cara Rasul menikahi mereka, bergaul dengan mereka, yang sejatinya hadis-hadis tersebut penuh kerancuan historik, periwayatannya juga tidak detil (bermasalah), tetapi kemudian dijadikan alat oleh para pembenci untuk menyerang Islam dan sang Nabi. Ironiknya, mulut para ulama kita justru seperti bersikap masa bodoh terhadap wacana-wacana yang coba mengritik hadis-hadis tersebut secara ilmiah maupun faktual. Sebaliknya, kebanyakan ulama ini hanya cukupkan diri menangkis serangan para pengritik itu dengan membodoh-bodohkan mereka atau mencurigai motivasi busuk mereka yang tersembunyi.

Sementara itu, kini muncul suara kaum rasional yang hendak membela sang Rasul Saw, yang didasarkan pada fakta sejarah dan riwayat tepercaya, meskipun memang kurang detil sebagaimana kebanyakan riwayat yang selama ini dirujuk oleh mainstream wacana Islam, misalnya dalam kasus pernikahan Nabi dengan Aisyah, yang dikatakan bahwa waktu itu usia putri Abu Bakar tersebut adalah 9 (sembilan) tahun. Wacana yang hendak membela sang Nabi pun, karena tampak ‘aneh’, kemudian dibantah oleh kaum konservatif dengan klaim kesucian (baca: kemaksuman), dan konon kabarnya status itu sudah diteguhkan dalam pelbagai manhaj fikih klasik, oleh kitab-kitab Bukhariy dan Muslim yang notabene steril dari kesalahan. Segala upaya yang hendak mengijtihadi kesahihan riwayat kitab-kitab tersebut jelas akan ditolak, bahkan meski ketika riwayat tersebut mengandung keraguan. Padahal, jika direnungkan, ilmu-ilmu (dalam kitab-kitab) itu sudah ketinggalan zaman, yang sayangnya tidak menerima ruang untuk pembaruan, penambahan, pembuangan, revisi, komentar, apalagi sampai kritik.

Dalam kerangka pikir seperti itulah, para ulama kita cenderung diam menghadapi ombak serangan yang ditujukan kepada Islam dan Rasul Saw. Kala mereka berbicara, argumentasi mereka acap kali pincang, karena didasarkan pada riwayat-riwayat usang yang dilabeli klaim kesucian dan kemaksuman. Kaum Muslim sendiri, tragisnya, semenjak abad ke 4 Hijriah menjadi komunitas yang terlucuti akalnya; mereka berubah menjadi kaum kelas dua yang tidak memberi ruang bagi pengingkaran ataupun kritik atas apa yang sudah dibakukan ulama klasik. Itulah pula yang terjadi sekarang, terkait dengan riwayat yang sangat masyhur, yang hampir diketahui oleh setiap Muslim. Riwayat itu termaktub dalam kitab hadis Bukhariy dan Muslim, yang menyatakan bahwa Nabi Saw, seorang lelaki tua berusia 50 tahun menikahi Ummul Mukminin Aisyah Ra yang berumur 6 tahun, dan Nabi menggaulinya ketika usianya mendekati 9 tahun. Riwayat tersebut menempati posisi yang sama sekali tak tersentuh, masyhur, semata-mata dengan pertimbangan karena tertulis dalam kitab Bukhariy dan Muslim, meskipun riwayat tersebut berseberangan dengan segala kemungkinan keberseberangan, yakni berseberangan dengan Al-Quran dan Sunnah yang sahih, berseberangan dengan akal dan logika, konvensi, adat kebiasaan, serta rentetan waktu (kalender) sejarah risalah nabawiah. Riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhary itu muncul melalui lima jalur periwayatan, tetapi secara matan memiliki satu makna. Namun karena begitu panjangnya matan hadis tersebut, maka penulis hanya akan menjumput bagian awal dan akhirnya saja, yang penting mengandung makna termaksud. Inilah riwayat Bukhariy yang dimaksud itu: “Bab Nikah Nabi dengan Aisyah, Kedatangan ke Madinah, serta Awal Berhubungan Badan”— 3894: Farwah bin Abu al-Maghra’ menceritai kami, Ali bin Mushir menceritai kami, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Aisyah Ra, katanya: “Nabi Saw menikahiku dan aku saat itu berusia 6 tahun, lalu kami datang ke Madinah. Di Madinah itu pun aku hidup sepenuhnya dengan beliau, dan aku waktu itu gadis berusia 9 tahun.”  

Dengan merujuk pada kitab-kitab utama sirah dan sejarah yang terkait dengan risalah nabawiah (sebagai misal: Tarikh Dimsyaq, Siyar A’lam al-Nubala’, Tarikh al-Thabariy, al-Bidayah wa al-Nihayah, Tarikh Baghdad, Wafayat al-A’yan, dll), hampir  kesemua kitab itu sepakat tentang urutan waktu risalah nabawiah sebagai berikut: (a) risalah kenabian berlangsung selama 13 tahun di Makah; dan (b) 10 tahun di Madinah; (c) awal datangnya risalah kenabian bertepatan dengan tahun 610 M; sedangkan (d) peristiwa hijrah terjadi pada tahun 623 M, atau setelah 13 tahun di Makah; adapun (e) wafat Nabi Saw adalah pada tahun 633 M atau setelah hidup selama 10 tahun di Madinah.

Yang perlu digarisbawahi dalam urutan sejarah ini adalah apa yang sudah disepakati para ahli bahwa (f) Rasul Saw menikahi Aisyah Ra adalah 3 tahun sebelum peristiwa Hijrah ke Madinah, atau pada tahun 620 M, yang itu bertepatan dengan tahun ke 10 kenabian, hal mana waktu itu usia Aisyah adalah 6 tahun. Disepakati pula bahwa (g) usia Aisyah kala itu 6 tahun, dan (h) Nabi Saw berhubungan badan kali pertama dengan Aisyah di akhir tahun pertama Hijrah, atau akhir tahun 623 M, yang usianya kala itu 9 tahun. Sampai di sinilah, jika merujuk pada hitungan kalender Masehi, maka Aisyah itu terlahir pada tahun 614 M, atau tahun ke 4 kenabian, sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Bukhariy. Tetapi, sesungguhnya ini adalah ilusi yang sangat parah…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun