PENGARUH URBAN LEGEND PALASIK TERHADAP MASYARAKAT MINANGKABAU
Oleh Sabrina Cessa Aprilia
Santri MAS KMI Diniyyah Puteri
Ilustrasi urban legend atau horror (sumber: https://www.pexels.com/photo/person-in-black-coat-standing-in-forest-194917/ )
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim yang banyak, namun bukan berarti kepercayaan terhadap hal mistis hilang begitu saja, bahkan Allah sendiri memerintahkan umat-Nya untuk memercayai seluruh ciptaan-Nya, seperti jin, iblis, dan malaikat. Sebagai masyarakat Indonesia, tentu kita tidak asing dengan urban legend atau legenda urban, urban legend merupakan sebuah mitos atau legenda kontemporer yang dipercaya oleh banyak orang sebagai sebuah kebenaran (portalkudus.pikiran-rakyat.com, 2022), lalu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), urban legend adalah sebuah mite atau legenda yang beredar dan dipercaya oleh sebagian besar masyarakat secara luas, yang biasanya berupa cerita misteri. Maka dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa urban legend adalah cerita mistis yang tidak dapat dipercayai fakta atau kebenarannya, tetapi sering diyakini oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.
 Urban legend menyebar luas di kawasan Indonesia, termasuk di Pulau Sumatera. Di balik kulinernya yang beragam dan menarik, ternyata Minangkabau juga memiliki daya tarik lainnya seperti urban legend. Kini urban legend sudah menjadi perbincangan hangat bagi anak muda maupun orang dewasa di Minangkabau, salah satu urban legend yang terkenal dan sering dibicarakan adalah palasik. Palasik merupakan makhluk mitologi yang dipercayai kehadirannya oleh sebagian besar rakyat Minangkabau. Sosok ini dipercaya sebagai sosok menyerupai manusia yang memiliki ilmu hitam tingkat tinggi dan berubah menjadi makhluk pemakan bayi (liputan6.com, 2025). Palasik juga sempat dianggap penyakit namun kenyataannya palasik merupakan salah satu ilmu hitam di Minangkabau (beritaminang.com, 2025). Dalam kepercayaan masyarakat, palasik memiliki beberapa bentuk dan varian. Ada yang meyakini palasik berupa kepala manusia dengan organ tubuh yang ikut terlihat dan mencari mangsa berupa bayi di tengah malam. Ada pula yang menggambarkannya sebagai sosok perempuan biasa, bahkan menyerupai ibu-ibu tua. Menurut penelitian Nurmayanti, varian palasik terbagi menjadi tiga jenis, yaitu palasik kepala terbang, palasik penunggu makam, dan palasik bayi (Nurmayanti, 2024). Palasik kepala terbang digambarkan sebagai kepala manusia yang melayang dengan organ tubuhnya yang ikut terlihat, palasik penunggu makam sering muncul di area pemakaman bayi untuk menyerap energi negatif sebagai kekuatannya, sedangkan palasik bayi dipercaya berasal dari bayi yang meninggal dalam kondisi tidak wajar dan kemudian berubah menjadi makhluk gaib yang memangsa bayi lain.
Selain bentuknya yang beragam, cara palasik mencari mangsa juga dipercaya cukup menakutkan. Masyarakat Minangkabau percaya bahwa palasik memangsa bayi sejak dalam kandungan hingga setelah lahir. Beberapa cara yang diyakini hingga sekarang antara lain memakan janin dalam kandungan sehingga bayi lahir tanpa ubun-ubun, menghisap darah bayi yang baru lahir hingga meninggal, atau memakan jasad bayi yang baru dikubur. Selain itu, palasik juga diyakini mampu menyamar sebagai ibu tua yang berpura-pura mendoakan bayi, lalu menghisap darahnya melalui ubun-ubun.
Meski penuh kecemasaan dan ketakutan, masyarakat Minangkabau memiliki beberapa cara yang diyakini ampuh untuk menangkal bayi dari palasik. Pertama, mengikat benang putih di tangan bayi. Hal ini diyakini karena masyarakat Minangkabau percaya bahwa benang putih memiliki kekuatan untuk menjaga bayi dari makhluk halus termasuk palasik. Kedua, meletakkan bawang putih di tempat tidur bayi. Hal ini juga diyakini karna masyarakat Minangkabau menganggap bawang putih memiliki kekuatan supranatural untuk mengusir roh jahat. Ketiga, menjaga rumah pada jam tertentu. Palasik dipercaya akan mencari mangsanya pada malam hari sehingga banyak orang tua yang menjaga anaknya lebih ketat pada malam hari. Lalu yang keempat, menggunakan jimat atau amulet. Beberapa orang tua menggunakan jimat untuk menjaga anaknya. Adapun cara untuk melindungi diri dari palasik yaitu menaruh penangkal di pintu atau di jendela, menaburkan garam di sekitar rumah, dan perbanyak doa atau ritual agama, bisa juga dengan meruqyah rumah (Nurmayanti, 2024).
Kepercayaan terhadap palasik memberi pengaruh yang beragam terhadap masyarakat Minangkabau, baik berupa pengaruh buruk maupun pengaruh yang baik. Kepercayaan masyarakat Minangkabau terhadap sosok palasik ini sudah menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi Minangkabau. Kepercayaan ini mengajarkan perempuan di Minangkabau yang baru saja memiliki anak untuk senantiasa menjaga dan merawat anaknya dengan baik dan telaten (Putra, 2023). Pengaruh palasik ini juga menimbulkan rasa takut dan kecemasaan bagi masyarakat Minangkabau akan sosok palasik yang menyeramkan, terutama bagi perempuan yang baru saja melahirkan dan bagi anak anak yang sering mendengar cerita legenda palasik dari orang tua atau dari saudaranya. Terlebih lagi hingga saat ini, belum ada pengakuan bahwa dampak dari palasik ini dapat disembuhkan oleh teknologi ataupun medis. Namun, urban legend palasik ini akan tetap hidup sebagai bagian dari budaya dan identitas masyarakat Minangkabau. Dengan demikian pengaruh palasik terhadap masyarakat Minangkabau dapat kita ambil sisi baiknya saja, sehingga kedepannya masyarakat Minangkabau tidak memiliki rasa cemas ataupun takut yang berlebih terhadap palasik atau urban legend lain
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI