Mohon tunggu...
Sabinus Sahaka
Sabinus Sahaka Mohon Tunggu... Guru - Vivere est Cogitare, To think is to Live

Menulis... Merawat pikiran, mengasah logika, Mengungkap rasa dan fakta yang terpendam, Belajar kritis dan berkreasi, Membuka mata, tawarkan harapan, Menulis.... Meninggalkan jejak peradaban dalam guratan,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggali Nilai-nilai Luhur dalam Tradisi Imlek

13 Februari 2021   00:27 Diperbarui: 13 Februari 2021   01:31 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur ada sebuah acara yang disebut Hang Woja atau  penti.  Acara  Hang Woja atau penti  adalah sebuah acara  syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah serta berkat kesehatan selama satu tahun.  Pada saat acara berlangsung, semua anggota keluarga berkumpul di rumah orang tua atau yang dituakan. Beras, sayuran dan lauk sudah disiapkan jauh-jauh hari. Suasana pesta dan suasana kekeluargaan  sangat terasa. Kemudian ada satu hari khusus seluruh keluarga dari satu kampung berkumpul di rumah adat yang luas. Di sana akan diadakan acara syukuran, bertukar pikiran, menjalin kembali hubungan kekeluargaan jika ada yang bermasalah kemudian ditutup dengan makan bersama. Agar lebih meriah, biasanya disertai dengan  pertandingan Caci, sebuah tarian ketangkasan penuh kegembiraan. Acara ini kemudian menjadi tradisi di Masyarakat Manggarai.

Saya meyakini bahwa setiap daerah di Indonesia bahkan di dunia ini memiliki caranya sendiri dalam menyatakan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tidak ada yang sama dalam prakteknya namun esensinya sama yaitu pernyataan syukur, membangun kerukunan dan menjaga keharmonisan dengan sesama anggota keluarga dan masyarakat serta keharmonisan dengan alam sebagai karunia Tuhan.

Meskipun tidak persis sama, tetapi setidaknya mirip dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat di Tiongkok dan kemudian dilakukan juga oleh saudara-saudari kita warga keturunan Tiong Hoa di Indonesia. Di Tiongkok sendiri, Imlek merupakan perayan menyambut musim semi yang menandakan hasil panen para petani melimpah. Hasil pertaniannya sangat menggembirakan  sehingga untuk mensyukuri berkat yang didapat mereka mengadakan makan malam besar secara bersama-sama. Tentu saja menu makanan yang disajikan adalah semua menu makanan terbaik, enak, lezat dan bergizi tinggi dikeluarkan untuk disantap bersama keluarga. Kebiasaan ini dilakukan secara terus menerus setiap kali menyambut musim semi.

Oleh karena dilakukan secara terus menerus dan turun temurun, Imlek kemudian menjadi tradisi keluarga untuk berkumpul bersama. Bagi anak-anak yang sudah menikah, mereka datang untuk berkumpul di rumah orang tua untuk makan malam bersama. Dan keesokan harinya mereka saling menghormati dengan saling memberikan salam, yang sering disebut Kiong Hie. Setelah saling memberikan salam, para anggota keluarga saling memberkati dengan pemberian Ang Pau. Sebuah amplop berwarna merah berisi sejumlah uang. Anak-anak yang sudah menikah memberikan Ang Pau kepada orang  tua sebagai tanda kasih dan hormat mereka.  Orang tua memberikan Ang Pau kepada anak-anak yang masih kecil atau kepada para cucu sebagai rasa sayang dan tanda kegembiraan. Saling memberikan salam dan saling memberkati adalah dua nilai luhur yang selalu terjadi dalam teradisi Imlek.

Memberi salam, menyapa dan saling memberkati akan membuat keluarga menjadi rukun. Kerukunan adalah berkat yang harus dimiliki oleh setiap rumah tangga. Rukun antara suami dan istri, orang tua dan anak-anak. Kerukunan akan membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan di dalam keluarga kita dan tentu saja bagi anak-anak kelak. Demikian juga dengan sikap saling menghormati.  Bila kita di dalam keluarga saling menghormati maka kita akan dapat menerima setiap orang apa adanya. Baik kelebihan ataupun kekurangannya. Sehingga kita bisa menjaga keseimbangan dalam kehidupan bersama baik di keluarga kita masing-masing maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Maka Imlek sesungguhnya adalah perayaan syukur yang di penuhi dengan  sikap rukun dan sikap saling menghormati antara semua anggota keluarga dan para sahabat.  Tentu saja sikap-sikap mulia ini tidak hanya dipraktekan pada masa Imlek  saja tetapi dalam hidup keseharian kita.

Perayaan Imlek tahun ini tentu saja dilaksanakan dalam kondisi keprihatinan. Wabah covid 19 memaksa saudara-saudari kita untuk tidak bisa leluasa berkumpul bersama keluarga besar. Meskipun demikian, pesan kebaikan, nilai-nilai luhur dari sebuah perayaan Imlek harus tetap mewarnai kehidupan kita di masa-masa sulit ini dengan tetap menjaga hubungan dengan keluarga, saling memberkati dan penuh dengan rasa syukur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun