Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat bisa mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri
Kain Gebeng merupakan kain sarung yang masih tetap eksis dan banyak peminatnya.
Di tengah serbuan merek ternama untuk produk kain sarung, kain gebeng hingga kini masih diminati konsumen.Sebelum merek ternama bermunculan di pasaran, kain gebeng menjadi primadona di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Melayu dan Sumatera Selatan.Di Ogan Ilir, Sumatera Selatan, sentra kerajinan kain gebeng ada di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu.
Ada beberapa macam kain gebeng yang hingga kini menjadi primadona yakni diantaranya serampang dua belas, pucuk rebung, mato pirik, tujuh motif. Seiring perkembangan zaman dan era digital saat ini, perkembangan gain gebeng mencoba mengikuti tren warna kain masa kini.
Dalam menenun kain gebeng,hal yang harus di perhatikan juga pemanfaatan bahan pewarna dari alam diantaranya pandan, mengkudu, manggis dan kunyit.
Tahap mewarnai disebut adalah yang paling memakan waktu.
Untuk proses menenun untuk ukuran  kain 1 meter misalnya, satu hari selesai. Tapi untuk mewarnai, perlu ketelitian dan memerlukan waktu beberapa hari.
Dalam sebulan, berbekal tiga unit alat tenun bukan mesin (ATBM) dapat menghasilkan hingga 20 lembar kain tenun gebeng.
Selembar kain gebeng ini penyelesaiannya ada yang sebentar, ada yang lama. Tergantung jenis dan motif.Selembar kain gebeng dihargai di kisaran Rp 500 ribu hingga Rp 600 ribu untuk bahan yang menggunakan pewarna alam.Kain gebeng ini biasa dipasarkan ke Palembang, Jambi, Lampung, Bengkulu dan daerah lainnya di Sumatera Selatan.
Penulis : Sabilul Muhtadin
NIM : 06151282126060
MK : KDPM