Mohon tunggu...
Sabilanurul
Sabilanurul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sebuah Kontradiksi antara Si Hulu dan Si Hilir

11 Mei 2018   14:18 Diperbarui: 11 Mei 2018   14:29 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Citarum adalah sungai terbesar dan terpanjang di daerah Jawa Barat ( 225 kilometer). Berhulu di Cisanti, lereng Gunung Wayang salah satu anak Gunung Malabar daerah Bandung Selatan. Alur sungai melalui cekungan Bandung ke arah utara, melewati daerah kabupaten-kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Karawang, bermuara di Laut Jawa, tepatnya di daerah Ujung Karawang alirannya sekira 225 km.

Secara etimologis, nama Citarum berasal dari dua kata, yaitu ci dan tarum. Ci atau cai berarti air. Tarum yang disebut juga nila adalah jenis tanaman. Citarum merupakan sungai yang memegang peranan penting dalam sejarah Jawa Barat. Pertama, nama sungai diambil pula sebagai nama kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat, yaitu Tarumanegara, pada abad ke-5.

Di sana sangatlah jernih mata air masih terjaga, karena masyarakat setempat berji baku untuk bisa melakukan kerja bakti setiap minggunya. Udaranya pun sangat sejuk, dan pada saat saya berkunjung ke Situ Cisanti Alhamdulillah sampah tidak begitu banyak. Ironis memang, orang kota seperti saya meliha hulu sungai dari Citarum, yang dimana saya sudah terbiasa dan bahkan sudah berteman dengan wajah dari hilir sungai Citarum ini. 

Sampah sudah bagaikan air yang ikut mengalir di sungai Citarum, warnanya coklat pekat, apabila hujan turun---jangan ditanya lagi banjir sudah pasti tiba. Pemerintah telah menggalakan beberapa kegiatan agar bisa lebih merawat Sungai Citarum yang bermuara ke kota Bandung, namun sayang , bak buah durian musiman sungai Citarum pun demikian, musim hujan, Citarum pun meluap dari muaranya.

Apa yang mesti kita lakukan ?, sebagai penduduk Bandung yang bermartabat memang tidak banyak yang bisa kita lakukan, tapi setidaknya untuk tindakan micro preventif, kita mesti tidak buang sampah di sungai Citarum, apalagi yang bermukim disekitaran sungai Citarum, mungkin bagi mereka sungai itu adalah tong sampah besar yang mengalir tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi.

Sekali lagi saya ingatkan, kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaga lingkungan,, memang mungkin harapan saya sangatah jauh dari kenyataan, dan yang saya harapkan hilir menyerupai hulu, dan hulu seterusnya mengalir tanpa harus ada ''hadiah dari manusia'' .

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun