Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tak Ada Negara yang Sungguh Siap Mengantisipasi Covid-19

14 Maret 2020   13:03 Diperbarui: 14 Maret 2020   13:38 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: rivm.nl

Pada 31 Januari 2020, tepatnya 43 hari lalu, saya menulis artikel di Kompasiana dengan judul "Coronavirus, Prepare for the Worst, Hope for the Best!". Dan dari hari-ke-hari, seluruh perkembangan faktual penyebaran Covid-19 di berbagai negara sungguh mencengangkan. Judul artikel itu masih sangat relevan: bersiaplah menghadapi kemungkinan terburuk, sambil terus berharap yang terbaik.

Melalui pengamatan terhadap berbagai kebijakan dan langkah antisipasi yang telah dan sedang dilakukan di berbagai negara, saya cukup pede mengambil kesimpulan: bahwa tak ada satupun negara yang benar-benar siap mengantisipasi penyebaran Covid-19, bahkan di negara-negara maju yang sistem kesehatannya relatif baik.

Sekedar analogi, dalam menghadapi penyebaran Covid-19 saat ini, setiap negara mirip dengan kapal penumpang, yang jumlah sekocinya tidak pernah disiapkan dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas jumlah penumpangnya. 

Artinya, jika sebuah kapal penumpang mengalami kecelakaan (terbakar atau tenggelam di tengah laut), jumlah sekoci di kapal itu pasti tidak cukup untuk menyelamatkan semua penumpangnya. Artinya juga, sebagian besar penumpangnya akan "dibiarkan mati" sampai bala bantuan tiba.

Di Italia, misalnya, yang sudah-sedang dan tampaknya masih terus berjuang keras mengatasi penyebaran wabah Covid-19, sebagian besar korban tewas, lebih karena tidak mendapatkan perawatan semestinya: sebab ranjang di ruang-ruang gawat darurat pada setiap rumah sakit dan klinik tidak lagi mencukupi untuk menampung dan merawat pasien kritis, yang terus bertambah secara eksponensial.

Jumlah dokter dan perawat juga tidak sebanding dengan jumlah pasien. Asosiasi dokter di Italia bahkan meminta Pemerintah untuk membuat SOP penggunaan ruang gawat darurat: memprioritaskan pasien pada usia tertentu saja.

Akibatnya, sungguh fatal: sampai tanggal 13 Maret 2020, jumlah tewas akibat Covid-19 di Italia telah mencapai 1.266 orang, dari total kasus positif sebanyak 17.660 orang. Ratusan lagi di antaranya masih sedang dirawat di ruang gawat darurat.

Pemerintah Italia, pada 06 Maret 2020, telah mengumumkan rekrutmen 20.000 (dua puluh ribu) tenaga kesehatan yang terdiri dari 5.000 dokter (termasuk pensiunan dokter), 10.000 perawat dan 5.000 penyedia layanan kesehatan (health provider). Langkah yang sangat rasional, meski relatif sudah telat, sebagian nasi telah menjadi bubur.

Kesimpulan lanjutannya: kondisi faktual yang sedang dihadapi Italia saat ini, sangat mungkin terjadi di negara-negara lain.

Di Amerika Serikat misalnya, menurut perkiraan beberapa pakar, jumlah kasus positfnya bisa mencapai jutaan orang, dan sekitar dua jutaan orang di antaranya diperkirakan akan membutuhkan perawatan darurat. 

Padahal menurut data statistik, jumlah ranjang yang tersedia di semua rumah sakit dan klinik di seluruh wilayah Amerika kurang dari satu juta ranjang. Dan tentu saja, sebagian ranjang yang tersedia itupun sudah terpakai oleh pasin lain yang non-covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun