Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Gugus Argumen Para Pendukung dan Pemilih Jokowi-Ma'ruf

4 Januari 2019   08:26 Diperbarui: 4 Januari 2019   08:41 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: regional.kompas.com

Selama beberapa bulan, saya mencermati beragam argumen dan alasan yang dijadikan acuan para pendukung dan simpatisan Jokowi. Dan hasilnya terekam setidaknya 7 (tujuh) gugus argumen, yang kemudian diadvokasi untuk mendorong publik memilih Jokowi pada Pilpres 2019:

Pertama, soal latar belakang sosial-politik Jokowi

Ketika dicalonkan dan maju sebagai Capres 2014, figur Jokowi digambarkan sebagai orang yang melangkah masuk ke jantung kekuasaan tanpa modal sosial-politik, dan ternyata sukses. Argumen ini mengacu pada fakta bahwa di  negara manapun, jalur kepemimpinan nasional umumnya muncul dari tiga basis latar belakang: keningratan, militer, dan ekonomi.

Jokowi tidak memiliki garis keturunan ningrat, tak punya trah kebangsawanan. Keluarga besar Jokowi tak berasal dari keluarga militer. Di bidang ekonomi, ketika itu, bisnis meubel Jokowi belum dapat dikategorikan pengusaha papan atas, secara nasional.

Artinya, Jokowi maju dan terpilih sebagai Presiden pada 2014 lebih karena rekam jejaknya yang unik: dianggap sukses ketika menjabat Walikota Solo dan Gubernur DKI, yang notabene berlangsung tidak tuntas.

Karena itu, pada Pilpres 2019, argumen ini kembali diadvokasi dan mendorong publik untuk memilih Jokowo: integritas dan prestasi nyata yang bisa diukur dan dapat dirasakan warga.

Kedua, soal kesederhanaan. Dibanding dengan presiden sebelumnya dan Capres-capres lainnya, Jokowi memang memiliki karakter kesederhanaan, yang kemudian diidentikkan dengan baju kemeja putih, berlengan panjang yang ujung lengannya dilipat dua kali, dan bagian bawah kemejanya dibiarkan terurai (tidak dimasukkan ke dalam lingkar pinggang pantalonnya).

Soal kesederhanaan juga dikritik dengan argumen bahwa kesederhanaan yang dipamerkan adalah sebuah kemewahan juga. Namun menurut saya, kesederhanaan adalah soal personality, yang sulit dimanipulasi, dipoles kayak bagaimanapun. Suka tidak suka, faktor kesederhanaan Jokowi punya daya pesona yang luar biasa yang berpengaruh dan bekerja di bawah alam bawah sadar publik.

Ketiga, fokus pada agenda prioritas.

Salah satu kekurangan tokoh-tokoh politik Indonesia adalah terlalu antusias bahkan cenderung terkesan rakus merealisasikan berbagai program kerja sekaligus. Jokowi berbeda. Ia dinilai memiliki skala prioritas, dan ia konsisten menjalankannya. 

Sejak awal, Jokowi terlihat fokus pada agenda pembenahan infrastruktur berskala nasional: transportasi (pembangunan jalan tol, pelabuhan dan jalur trans). Meskipun pembangunan infrastruktur sebenarnya tidak disebutkan secara eksplisit dalam agenda Nawacita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun