Alamku Ruang Belajarku dan Bersatu dalam Perbedaan itu Indah
        Malang.kompasiana_ Sebagai seorang praktisi pendidikan alumni Universitas Negeri Malang, saya senantiasa mencari inspirasi dan mewujudkan ide-ide gagasan dalam dunia pendidikan khususnya di bidang pendidikan anak dan masyarakat. Atas ijin  Allah, setelah sukses mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini yang diberi nama PAUD Pelangi Nusantara pada tahun 2008, selanjutnya Allah memberi amanah untuk mendirikan sekolah dasar di tahun 2022. Membersamai anak-anak dalam tumbuh kembangnya adalah hal yang menyenangkan meskipun kendala seringkali dijumpai yang kadang membuat hati ingin menyerah.
Latar Belakang
Tahun 2013 saya dan suami melakukan pengamatan dan pendataan mandiri di dusun Klagen terkait Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang selanjutnya kami sebut anak istimewa. Dari pendataan ini kami dapatkan 5 anak usia remaja yang tidak pernah mendapatkan layanan pendidikan formal maupun non formal. 3 di antaranya bersedia kami ajak bergabung untuk mendapatkan layanan belajar khusus dari kami. Pertemuan untuk pelatihan ini kami laksanakan 3 hari dalam seminggu yang dilaksanakan di gedung PAUD Pelangi Nusantara. Program ini berjalan kurang lebih 2,5 tahun.
Sejak tahun 2013 PAUD yang saya pimpin juga menerima anak-anak istimewa. Meskipun tidak ada tenaga ahli di bidangnya, kami siap melayani dengan tanpa biaya tambahan. Dengan memegang prinsip bersatu dalam perbedaan itu indah, kami belajar untuk membersamai anak istimewa berproses. Ilmu kami otodidak dan feeling solution  dalam menghadapi anak-anak istimewa. Ini yang patut kami syukuri, karena nikmatnya membersamai mereka dengan kebisaan yang Allah titipkan pada kami.
Tahun 2020 kami didatangi  dari keluarga disabilitas, 2 orang wanita dan 1 anak perempuan. Seorang wanita yang saya kenal karena wali murid saya di PAUD. Wanita satunya lagi adalah ibu dari anak tersebut. Mereka meminta kami untuk membuka layanan sekolah dasar. Dari percakapan ini, saya mendapatkan kesimpulan curahan hati seorang ibu yang memiliki anak istimewa. Dia kebingungan jika setelah TK nanti anaknya bisa sekolah di mana.  Mereka meminta kami lah yang melayaninya. Saya mendengarkan cerita wanita itu dengan seksama. Haru dengan ceritanya dan tersenyum dengan usulannya. Saya pun mengusulkan agar anaknya masuk di SLB ataupun sekolah umum yang menerima anak disabilitas. Tapi mereka menolak.
Satu tahun berjalan, usulan dari kedua wanita tersebut tidak kami hiraukan. Meskipun sebelumnya kami pun memiliki ide untuk membuka layanan sekolah dasar guna melanjutkan program PAUD yang sudah kami jalankan apalagi melihat pola pembelajaran di SD yang bagi kami kurang tepat diberikan untuk anak-anak kelas rendah mengingat mereka masih dalam tahan transisi yang butuh proses adaptasi. Hanya saja, membuka layanan pendidikan khusus setara sekolah dasar akan ada banyak tantangan dan kendala besar apalagi dengan ketidakmampuan kami di bidang materi.
Bulan Juni 2021, Â mereka kembali datang dengan membawa suara yang sama. Saya bingung antara menolak dan menerima. Ada banyak hal yang harus kami siapkan dan kami merasa sangat tak mampu untuk itu. Bersama suami, saya melakukan komunikasi dan konsultasi dengan Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan Kecamatan Tajinan, para tokoh masyarakat terdekat, pengurus yayasan dan guru PAUD. Alhasil, Â mereka menyetujui jika kami membuka sekolah dasar di desa kami, khususnya di dusun kami yang memang belum memiliki layanan sekolah dasar. Sudah seharusnya di dusun kita memiliki sekolah dasar sendiri.
Meskipun sudah banyak yang menyetujui usulan ini. Saya dan suami selaku pendiri dan pengelola yayasan tidak mudah untuk mengambil keputusan. Setahun kami terus bergerak mencari solusi dan kemantapan hati. Terutama dukungan keluarga besar kami mengingat kami adalah kalangan keluarga menengah ke bawah. Sangat berat melaksanakan usulan ini meskipun satu sisi saya mampu memahami bagaimana perasaan orang tua yang memiliki anak-anak istimewa itu jika tidak ada layanan pendidikan untuk mereka.
Ide Munculnya Program