Pikiran mulai semrawut, lewat tulisan ini aku berharap bisa sedikit untuk meleraikannya.Â
Dewasa ini sepertinya butuh lebih banyak untuk berdiskusi.
Aku selalu berusaha bersyukur untuk semua yang ada dalam hidupku. Keluarga yang lengkap, pekerjaan sekarang, kelancaran studi, kesempatan untuk terus memperbaiki diri, dan masih banyak .... lagi. Tentu tidak bisa disebutkan satu per satu nikmat dari-Nya.
Bersyukur dengan apa yang dimiliki sekarang tapi ada harapan dan usaha untuk bisa mejadi lebih baik lagi, memiliki pasangan, pekerjaan yang lebih baik, terus melanjutkan studi, dan segala cita-cita yang selalu dimohonkan pada-Nya untuk jadi kenyataan.
Tapi apakah kehidupan orang lain yang kita anggap lebih baik harus dijadikan standar untuk kehidupan kita? Mungkin untuk jadi motivasi tidak masalah. Tapi jika harus sama persis mengikuti alurnya aku keberatan. Apa kamu juga begitu?
Aku yakin Allah Subhannahu wa Ta'ala yang menciptakan seluruh makhluk yang ada di muka bumi dengan segala urusannya secara detail. Rizikinya, kebahagiannya, kesedihannya, pasangannya, kematiannya, semua telah diatur oleh-Nya. Tugas kita berikhtiar dengan keyakinan bahwa dari-Nya selalu yang terbaik.Â
Aku ingin menjalani kehidupan ini dengan tenang dengan penuh rasa syukur, sabar, tawakal, rida, ikhlas, ketekunan untuk terus menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik versiku dan tetap ada dalam versi yang Allah sukai.
Apakah kesuksesan itu mesti disamaratakan dengan pencapaian orang lain? Sebetulnya apa itu kesuksesan? Menurutku setiap orang punya target kesuksesannya masing-masing.Â
Ada yang berhasil, lancar dalam karirnya. Ada yang berhasil dengan menjadi ASN, jadi content creator, jadi pengusaha. Dan pekerjaan lainnya. Semua orang berhak memilih jalan ikhtiar untuk mejemput rezekinya, mengusahakan kehidupan yang lebih baik. Jalan yang tetap ada dalam rida-Nya.Â
Ada satu hal yang amat sangat mendorongku untuk menulis tentang ini. Dalam satu perbincangan seseorang berkata "Apa jadi youtuber. Gaada jaminan buat masa tua. Mending jadi ASN ada jaminan buat masa tua." Sebetulnya aku pun kurang paham bagaimana alur penghasilan jadi seorang Youtuber dan juga bagaimana keuntungan-keuntungan yang diperoleh menjadi seorang ASN. Aku sendiri bukan seorang youtuber dan sedang tidak mengusahakan untuk jadi ASN. Tapi apakah pekerjaan jadi jaminan hidup? Bisa. Tapi tidak pasti.Â
Siapa yang memberikan pekerjaan itu? Allah yang Maha Memberi segalanya. Allah memberi dengan diminta atau tanpa diminta dan Allah bisa mengambil kapan saja. Lalu yang menjamin kehidupan kita itu apa sebenarnya? siapa sebenarnya? Allah Yang Maha Mengurus seluruh makhluk serta segala urusan tiap-tiap makhluknya. Ini poin pertama tanggapan aku untuk ungkapan yang ada dalam tanda kutip itu. Kita harus yakin bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala-lah Rabb kita bukan pekerjaan kita.Â