Mohon tunggu...
Amalia Rizqi
Amalia Rizqi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Islamic economics

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keutamaan Mengonsumsi Makanan Halal

4 Juni 2020   09:01 Diperbarui: 4 Juni 2020   08:58 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Kita semua tahu, hampir tidak ada orang yang bisa menahan dari lapar dan haus selama berhari-hari. Hal ini tentu menjadi indikasi bahwa makanan dan minuman sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Dalam Islam, mengonsumsi makanan dan minuman jelas telah diatur dalam Alquran dan Hadits. Ada makanan yang dibolehkan untuk dimakan (halal), ada juga yang dilarang (haram). Makanan halal diartikan sebagai segala sesuatu makanan yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan diperbolehkan dalam syariat Islam serta makanan tersebut bukanlah makanan haram yang disebutkan oleh Allah dalam Al Quran. Makanan halal yang berlandaskan Al-Qur'an dan sunnah, Pertama halal lidzatihi atau halal dari sisi zat, yaitu sebuah makanan dan minuman tergolong halal apabila dia merupakan makanan yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang dihalalkan dalam Islam. Tidak hanya itu, makanan yang tergolong halal juga dilihat dari cara memperolehnya. Mulai dari proses untuk mendapatkan makanan tersebut tidak boleh melalui yang diharamkan dalam Islam seperti mencuri, menipu, dan sebagainya. Meskipun makanan tersebut secara zat tergolong halal, namun apabila dia berasal dari hasil mencuri atau menipu maka makanan tersebut tidak masuk kategori ini. Selanjutnya yakni cara memprosesnya, makanan haruslah melalui proses yang halal. Seperti ketika melakukan penyembelihan harus mengucapkan bismillah atau tidak menambahkan apapun yang berbahaya seperti bahan pewarna tekstil dan sebagainya. Yang terakhir cara menyajikan, mengantarkan, serta menyimpan makanan juga harus halal. Maksudnya adalah bahwa makanan tersebut meskipun dari segi zat, cara memperoleh dan memprosesnya sudah dilakukan secara benar dan sesuai syariat Islam tapi ketika disajikan dengan cara yang salah maka tetap tidak tergolong makanan halal. Seperti disajikan ke piring yang terbuat dari emas atau disimpan di tempat yang berbahaya padahal makanan akan dikonsumsi.   

Memilih makanan yang halal termasuk bentuk ketaqwaan terhadap Allah. Hal itu dipertegas lewat firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 168 yang  artinya "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu". Dalam ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah memberikan makanan yang halal yang ada di muka bumi sedangkan langkah-langkah syetan selalu mengarahkan manusia untuk mencari yang haram dan menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat. Namun Allah memerintahkan kita bukan hanya memakan makanan yang halal tapi juga makanan yang thayyib. Sayangnya, sebagian muslim tidak mempedulikan apa yang masuk dalam perutnya. Asal enak dan ekonomis, akhirnya dimakan dan tanpa mengecek terlebih dahulu apakah makanan tersebut halal serta baik dikonsumsi atau justru haram. Padahal salah satu penyebab seseorang terkena penyakit adalah karena makanan. Pepatah menyebutkan bahwa "Kamu adalah apa yang kamu makan", tersebut benar adanya karena makanan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang baik secara fisik maupun mental. Contohnya, ketika kita makan daging ayam namun pengolahannya tidak bersih lalu kita membeli ditempat yang kurang bersih juga , ditambah memakai pengawet dan bahan tambahan kimia lainnya jadi tetep halal tapi sudah tidak thayyib. Apalagi dijaman now yang serba instan, bahan-bahan serba di olah di pabrik, dan bahan pengawetnya sudah pasti tidak baik bagi tubuh kita. 

Ada empat kriteria dlarar yang bisa membuat makanan halal tidak baik untuk dikonsumsi. Dlarar pertama yaitu dilihat dari aspek bahaya menurut prinsip syariat Islam, maqashid asy syariah. Produk pangan bisa menjadi tidak halal jika terdapat dlarar berupa menimbulkan bahaya atas lima hal: agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal. Sebagai contoh kita lihat tembakau, secara zat tidak diharamkan. Namun ketika sudah diolah menjadi rokok akan mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan, Dlarar kedua, berbahaya dari aspek dampak yang timbul. Setidaknya terdapat dua dampak bahaya pada makanan yang muncul cepat maupun lambat. Seperti mengonsumsi gula berlebih dapat memicu kegemukan ataupun diabetes. Dlarar ketiga dilihat dari kondisi penggunanya. Maksudnya, bahaya mengonsumsi makanan muncul pada penggunanya sehingga sifatnya mutlak. Kerusakan yang terjadi bisa nyata, bisa juga bersifat relatif pada kondisi tertentu. Seperti konsumsi gula pada penderita diabetes atau air pada penderita jantung. Gula atau air berlebih berbahaya bagi penyandang diabetes atau jantung saja.Sedangkan dlarar keempat ditetapkan berdasarkan sifatnya. Dampak bahaya yang muncul dapat diamati secara langsung seperti sakit. Jadi keempat dlarar ini menunjukkan unsur bahaya bisa menjadi penyebab suatu makanan haram dikonsumsi. Jika produk pangan halal secara zatnya, namun makanan itu bisa diharamkan dalam kondisi tertentu. Tinggal manusia memilih dan memilah mana yang layak untuk dikonsumsi dan mana yang tidak patut. Namun dengan  kita mengonsumsi makanan halal akan memperoleh keutamaan, yaitu : 1.Mendapat ridha Allah SWT Setiap muslim harus memakan makanan halal. Sebab dalam makanan halal mendapatkan ridha Allah dan memperoleh keberkahan serta ketenangan hidup. Pasti hidup lebih nikmat kalau kalbu yang tenang karena bersih dari yang makanan haram. 2.Fisik yang sehat Makanan yang halal zatnya, halal cara memprosesnya dan halal cara memperolehnya tentu akan jadi asupan sehat yang memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi tubuh. Makanan yang halal telah terbukti membawa dampak kesehatan. Berbeda dengan makanan yang haram seperti mengonsumsi darah yang tak baik untuk kesehatan. 3.Membuat orang berpikir dan bertindak positif Makanan halal memicu seseorang untuk berpikir dan bertindak positif sehingga kehidupan juga jadi lebih positif dan bahagia. Kebahagiaan juga membuat orang menjadi lebih bersyukur kepada Allah SWT. 4.Selamat di akhirat Barang haram jika dikonsumsi hanya akan membawa petaka di akhirat nanti. Oleh karena itu pilihlah selalu makanan halal, selain aman di konsumsi di dunia juga membawa keselamatan dan kebaikan di akhirat. Jadi jangan hanya memilih makanan enak di mulut saja tapi carilah yang halal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun