Mohon tunggu...
itsnaini rizal habibie
itsnaini rizal habibie Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Kebocoran Data: Lemahnya Sistem Keamanan dan Efeknya dalam Keamanan Internasional

31 Oktober 2021   19:12 Diperbarui: 31 Oktober 2021   19:16 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kebocoran data dalam sebuah sistem menunjukkan sebuah kelemahan terhadap suatu sistem tersebut yang bisa saja bersifat sangat fatal dan mengancam keamanan dari sebuah negara, serta dapat menyebabkan tersebarnya informasi-informasi penting lebih-lebih rahasia dalam suatu organisasi hingga sebuah negara sekalipun. 

Kejadian seperti ini merupakan sebuah hal yang perlu untuk langsung ditindak lanjuti oleh pihak yang berwenang, karena dengan bocornya data dari sebuah institusi ataupun sebuah negara menandakan bahwa institusi ataupun negara tersebut sudah berhasil dibobol dan pastinya hal ini dilakukan oleh individu ataupun sekelompok orang dengan tujuan tertentu.

Pada tanggal 21 Oktober 2021, terjadi peristiwa dimana database milik KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) diketahui telah diretas dan datanya telah dijual ke situs penjualan data illegal online yang biasa didapat dari hasil peretasan ataupun kebocoran. 

Diketahui database tersebut diunggah pada tanggal 13 Oktober 2021 pukul 23.07 dengan nama Leaked Database KPAI (kpai.go.id) oleh sebuah akun dengan nickname C77, diduga data yang berhasil diretas dari situs KPAI tersebut ialah identitas pribadi dari orang-orang yang pernah mengadu kepada KPAI seperti nomer handphone, NIK, dan data kependudukan lainnya, data tersebut kemudian dijual secara illegal di RaidForum atau tempat dimana para peretas ataupun hacker memperjualbelikan data yang didapatnya.

 Dengan kejadian tersebut tentu membuat keadaan masyarakat menjadi terancam, terlebih lagi database yang diretas tersebut merupakan data dari orang-orang yang teraniaya  orang susah, broken home, dan lain sebagainya, sehingga dengan tersebar luasnya database ini memungkinkan bahwa orang-orang yang berada dalam database tersebut akan diteror oleh orang yang dilaporkan sehingga keamanan dari pelapor akan terancam dan kemungkinan paling buruknya ialah peristiwa pembunuhan.

Sebelum kejadian peretasan database KPAI ini, terjadi pula kasus peretasan data dari BPJS dimana sekitar 279 juta data penduduk Indonesia telah bocor dan dijual juga ke RaidForum, juga pada bulan Mei 2020 terdapat sebanyak 91 juta data pengguna Tokopedia, kemudian ada pula dimana 13 juta data pengguna Bukapalapak, 2,3 juta data pemilih dalam pemilu 2014, 230 ribu data pasien covid-19, hingga 1,2 juta data pengguna Bhineka juga ikut diretas dan diperjualbelikan di situs illegal.

Beralih ke tanggal 25 Oktober 2021, dimana lagi-lagi terjadinya kebocoran data namun kali ini datang dari BSSN atau Badan Siber dan Sandi Negara. Situs milik BSSN tersebut berhasil diretas dan datanya pun mengalami kebocoran, padahal BSSN sendiri merupakan sebuah lembaga yang bertugas untuk mengurangi ataupun mencegah terjadinya tindak peretasan dalam media apapun, namun ternyata kali ini merekalah yang kemudian diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Pada laman utamanya tertulis bahwa aksi ini merupakan aksi balasan terhadap hacker Indonesia yang telah meretas sebuah situs di brazil. Kebocoran data milik BSSN ini tentunya membawa kekhawatiran terhadap penduduk Indonesia terlebih lagi seharusnya BSSN lah yang mencegah tindakan peretasan namun kini situs milik merekalah yang kemudian diretas. 

Dengan adanya kejadian ini tentunya menghasilkan pertanyaan di dalam benak kita semua, 'apakah sistem keamanan di Indonesia ataupun di dunia internasional khususnya di bidang elektronik kurang kuat?', karena dengan adanya peretasan data di setiap sudut negara maka dapat dipastikan bahwa keamanan negara tersebut sudah terganggu dan dapat mengancam kehidupan dalam negara tersebut, oleh sebab itu seharusnya negara juga bekerja sama dengan para hacker tersebut seperti yang dilakukan oleh google dan hackernya untuk kemudian menciptakan sebuah 'tembok' keamanan bagi sebuat sistem ataupun situs-situs yang bersifat rahasia agar tidak mudah untuk diretas apalagi diperjualbelikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun