Mohon tunggu...
Ryh2267
Ryh2267 Mohon Tunggu... Security - Sukses=Belajar Dari Kegagalan

Menjalani Hidup Apa Adanya dan Mencari Kesuksesan Untuk Dapat Bermanfaat Bagi Banyak Orang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Legenda "Sutodjiwo atau Mbah Sutobondo" Jepara

14 April 2021   11:01 Diperbarui: 14 April 2021   11:01 2322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Masuk Petilasan Mbah Sutobondo, foto dokumetasi penulis September 2017

Bagi Masyarakat mungkin tidak asing mendengar nama Sutodjiwo yang banyak lebih di kenal dengan sebutan Mbah Sutobondo namun penulis menyebutnya Eyang Sutobondo saja karena beliau adalah leluhur penulis sendiri.konon cerita dan menjadikan dongeng dari turun temurun keluarga saat cucu mau tidur atau sedang berkumpul bersama keluarga kami sangat sering di ceritakan ataupun Dongeng tentang Beliau.

Konon Ceritanya Eyang Sutodjiwo atau sutobondo adalah saudara Tua Lain Ibu dari Pulomondoloko Bernama Nyai Daruni Ratunya Jin di Laut Selatan dan Eyang Djiwosuto / Ki wuragil yang menjadi Bupati Jepara dengan Gelar Raden Adipati Tjitrasoma I memiliki Ibu dengan nama Raden Rara Siti putrinnya Kyai Datuk Soeleman ,Putranya Sayit Maulana  Ngalimutolo Putranya Raja Bima, namun pada saat itu Eyang Djiwosuto belum menjadi Bupati Jepara dan belum mendapatkan gelar Tjitrasoma dari Susuhunan Pakubuwana I.mereka berdua pada saat itu sedang di utus Ayahanda nya yang bernama Eyang Reksodjiwo atau R.Garbo / Karboso Bupati Gedong Kiwo Mataram untuk melaksanakan Pengintaian Tujuannya adalah mencari keterangan tentang maksud kedatangan orang-orang Portugis di pulau Mandalika letaknya adalah di sebuah pulau kecil di Laut Jawa, tepatnya di sebelah utara pantai utara Jawa Tengah. Pulau ini berjarak sekitar 2 kilometer dari Benteng Portugis yang terletak di pinggir pantai Desa Ujungwatu, Diperkirakan peristiwa ini terjadi pada sebelum abad ke-16.

Dalam perjalanannya Menuju Pulau Mandalika Kedua putra bangsawan ini memilih berpisah dan melakukan pengintaian secara sendiri-sendiri. Eyang Sutodjiwo berjalan kearah utara hampir mendekati laut sedangkan Eyang Djiwosuto ke arah lain.

Ditengah-tengah perjalanannya, tiba-tiba ia berhenti dibawah pohon ketapang yang berumur sangat tua. 

gambar Ilustrasi Eyang Sutodjiwo/ mbah sutobondo Didepan Petilasan http://tic.jepara.go.id/
gambar Ilustrasi Eyang Sutodjiwo/ mbah sutobondo Didepan Petilasan http://tic.jepara.go.id/
Ia berteduh sejenak karena hari sudah panas. Pada saat Eyang Sutodjiwo berteduh, angin yang bertiup sepoi membuat dia mengantuk. Pada saat mengantuk samar-samar terdengar suara burung perkutut berkicau dengan merdu. Eyang Sutodjiwo kemudian berdiri dan mencari dari mana arah perkutut itu bunyi. Ternyata burung perkutut itu membuat Eyang Sutodjiwo Kesengsem dengan warna bulunya putih bersih dan Suaranya yang Bagus dan bertekad untuk mendapatkan dan memiliki burung tersebut. Eyang Sutodjiwo tidak berpikir panjang, lalu ia memanjat pohon ketapang itu. Ketika tangan Sutojiwo tinggal satu jengkal saja dari burung tersebut, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang hingga burung perkutut itu terbang. Dengan sigap Eyang Sutodjiwo terjun ke tanah dan mengejar kemana arah terbangnya perkutut buruannya.

Tiba-tiba perkutut terbang kearah rerimbunan dan hilang di dahan pohon yang besar. Hati Eyang Sutodjiwo sangat kecewa, dia sangat menginginkan burung perkutut sehingga sampai berhari-hari dia diam ditempat itu hanya untuk menunggu dan mencari perkutut putih itu. Dalam penantiannnya, ketika bulan purnama tiba-tiba ia didatangi seorang laki-laki berjubah hitam, Eyang Sutodjiwo terkejut..namun dia bersikap tenang dan sopan. Dan terjadi Dialog antar keduanya ;

Eyang Sutodjiwo bertanya kepada laki-laki tua yang berpakaian hitam di hadapannya.

“Siapakah Anda..?” kemudian Orang itu menjawab bahwa “ Saya adalah Kyai Ireng”.

Kyai Ireng : sambil tersenyum dan menatap Eyang Sutodjiwo “ Ki sanak Sendiri Siapa? Angin apa yang membuat Ki sanak berada di sini..?”

Eyang Sutodjiwo : Dengan Wajah yg terlihat Tegas namun Sopan “Saya Sutodjiwo..” dan Eyang Sutodjiwo menjelaskan maksud dan kedatangannya untuk mencari Informasi tentang Orang-Orang Portugis datang ke Pulau Mandalika,dalam perbincangan tersebut antara Kyai Ireng dan Eyang Sutodjiwo Semakin Akrab dan pada Akhirnya menjelaskan juga  Keinginannya Untuk mendapatkan Burung Perkutut itu. Kyai Ireng pun mengatakan bahwa burung perkutut putih yang diinginkan oleh Eyang Sutodjiwo adalah burung piaraan Kyai Ireng. Eyang Sutodjiwo langsung bertanya, apa boleh perkutut itu diminta?. Kyai Ireng berkata, boleh tapi beliau mempunyai permintaan asalkan Eyang Sutodjiwo mau memperistri anak dari Kyai Ireng yang sangat buruk rupa. Sesaat Eyang Sutodjiwo terdiam, namun akhirnya ia bersedia memperistri anak dari Kyai Ireng.

Setelah berjalan beberapa saat, sampailah mereka di rumah kecil yang terletak di tengah sawah. Kyai Ireng lalu menyuruh Eyang Sutojiwo untuk menemui calon istrinya.Eyang Sutojiwo bingung karena setelah masuk ke rumah ternyata tidak ada manusia dan anehnya di atas tempat tidur terdapat burung perkutut putih yang disukainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun