Mohon tunggu...
Ryandra Erlangga Ramadhan
Ryandra Erlangga Ramadhan Mohon Tunggu... Insinyur - Anak dari Petani dan Guru, saat ini sebagai karyawan disalah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanian.

Nama saya Ryandra Erlangga Ramadhan, saya biasa dipanggil Angga. Saya lahir di Bengkulu . Ayah saya adalah seorang petani dan ibu saya adalah seorang guru. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Saya alumni dari Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2011 pada Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian. Setelah lulus kuliah tahun 2011, bekerja di PT.Musim Mas Group sebagai Staff Research and Development (R&D). Tahun 2012 hingga tahun 2016 saya bekerja di PT.Bio Nusantara Teknologi sebagai staff pembelian bahan baku, staff departemen pupuk organik, dan sebagai asisten kebun. Awal tahun 2017 hingga saat ini saya bekerja di PT.Pupuk Kujang Cikampek sebagai staff Dept Pemasaran dan Penjualan Retail.

Selanjutnya

Tutup

Money

Semangat Improvisasi Hilir Pada Industri Sawit

30 Oktober 2019   11:33 Diperbarui: 30 Oktober 2019   21:54 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tren kenaikan harga CPO cukup menggembirakan, Sejak 14-29 Oktober 2019, harga CPO kontrak pengiriman Januari 2020 di Bursa Malaysia Derivatif telah mencatatkan kenaikan sebesar 12% secara point to point. Cukup "jumplang" jika dibandingkan harga CPO bulan Juli lalu, dimana harga CPO mencapai titik terendahnya selama 4 tahun terakhir.

Belajar dari pengalaman tanaman sejenis yg pernah berjaya yaitu karet, dimana saat ini harga karet hanya Rp 5.000 - 7.000/kg. Petani karet hanya mampu mengenang era kejayaannya tahun 2003-2006 dimana saat itu karet mampu menembus harga Rp 16.000/kg.

Pada era kejayaan tersebut petani dan swasta berlomba menanam karet,  sedangkan konsumen karena mendapatkan harga yg tinggi terus mencara inovasi dan alternatif barang subtitusi lain.

Keadaan ini didukung penemuan teknologi terbaru memproduksi shale oil yg lebih efisien. Tahun 2005 tepatnya Amerika memproduksi minyak dan gas dari shale secara besar-besaran sehingga Amerika tidak lagi memerlukan impor minyak dalam waktu yang sangat panjang.Keadaan ini yang mengakibatkan harga minyak turun.

Penurunan minyak dilirik oleh negara seperti China dan Thailand untuk mengembangkan karet sintetis dari minyak. Sehingga awal tahun 2010 industri-industri pengelolaan karet alam mulai melirik karet sintetis sbg bahan baku produksinya.

Keadaan inilah yang mengakibatkan harga karet alam sulit untuk bangkit. Satu-satunya cara untuk meningkatkan harga karet alam adalah meningkatkan permintaannya dengan mencari alternatif penggunaannya pada sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi yg lebih baik.

Hal ini juga serupa dengan industri sawit. Bagaimana pemerintah bersama pelaku industri kelapa sawit harus terus berimprovisasi dalam mencari kepengelolaan di hilir yang lebih baik untuk meningkatkan permintaan ditengah pertumbuhan produktivitas TBS yang ada. 

Selain masalah kepengelolaan hilir, masalah lainnya pada industri sawit adalah tidak konsistennya pemerintah menerapkan ISPO. Masih menjamurnya PKS yang tidak memiliki kebun, sehingga PKS yang ada terkadang juga menerima buah yang belum matang sempurna untuk diolah, hal ini mengakibatkan rendemen PKS yang ada rendah, dan berakibat pada penurunan harga beli TBS ditingkat petani.

Seluruh pihak yang terlibat dalam Industri sawit saat ini dituntut lebih berinovasi menyiapkan "senjata" untuk menghadapi tantangan bisnis yang ada. Jangan pernah terlena dengan keadaan yang menenangkan, berbagai alasan sentimen positif maupun negatif yang mempengaruhi harga CPO bisa saja terjadi kapan saja karena Industri sawit telah menjadi industri yang sangat penting bagi Indonesia.

Tentunya, kita tidak mau kan sejarah tanaman karet kembali terulang pada tanaman sawit?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun