Semasa SMA dulu jika sudah bulan Agustus ada agenda yang istimewa, yaitu nonton film Janur Kuning. Film itu bercerita tentang sosok pak Soeharto, presiden kedua dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan beserta kegigihan pahlawan Nasional kita bapak Jendral Besar Panglima Soedirman.Rasa Nasionalisme dipupuk sejak kecil, dengan harapan muncul tunas baru harapan bangsa yang cinta tanah air, pembelaannya dan perjuangannya murni untuk ibu pertiwi. Namun apa lacur...kenyataan tak seindah harapan. Hari ini, kita mengisi kemerdekaan hanya dengan pekik kemerdekaan semu.
Alih-alih mengisi dan memeriahkan kemerdekaan. Yang ada hanyalah pembodohan umat, kesadaran dan pemahaman umat terkait fakta yang sebenarnya sengaja dijauhkan. Diganti dengan hura-hura, lomba-lomba, jalan sehat dan lain-lain yang samasekali tidak berkorelasi dengan kemerdekaan itu sendiri. Ya, karena Nasionalisme sendiri adalah ikatan yang lemah untuk mengikat manusia menuju kebangkitan.p
Merdekakah kita, ketika lomba menghias kampung dengan kerlap kerlip lampu neon, sementara di wilayah lain kesulitan penerangan?
Merdekakah kita ketika para kepala daerah berlomba menarik investasi dari sektor pariwisata ala kapitalis, sehingga membolehkan liberalisme berbaur dengan budaya ketimuran bahkan Islam. Kemudian dengan sepihak mengklaim telah memperbaiki pendapatan perkapita masyarakatnya?
Merdekakah kita ketika ibadah dipersulit, sementara penganut LSL dan kawan-kawannya mendapatkan tempat? merdekakah kita ketika yang seharusnya negara mengurusi urusan kesehatan rakyatnya ini malah diserahkan kepada BPJS dan ternyata iurannya dinaikkan?
Merdekakah kita, hanya untuk upacara peringatan kemerdekaan hingga mencabut nyawa seorang calon paskibraka? merdekakah kita ketika harga-harga melambung namun justru pemerintah impor, tak hanya bahan makanan, sampah juga.
Merdeka secara hakiki adalah kita tak bergantung samasekali dengan hukum selain. Allah. Apa yang tidak disuka Allah kitapun tak suka, sebaliknya ketika Allah suka kitapun suka. Perjuangan yang sebenarnya adalah mengaplikasikan keimanan yang kita miliki ini dalam kehidupan sehari-hari hingga benar-benar sinkron antara beriman dan beramal. Iman Islam, amal salih.