Mohon tunggu...
Rutsam Tea
Rutsam Tea Mohon Tunggu... Buruh - pribadi

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Danramil 14/Limbangan Menjadi Irup dalam Upacara Hari Bela Negara ke 69

19 Desember 2017   13:12 Diperbarui: 19 Desember 2017   13:17 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Limbangan-Kapten inf Ngadiono Danramil 14/Limbangan sebagai Irup dalam Upacara Hari Bela Negara Ke-69 yang digelar oleh Kecamatan Limbangan bertempat dilapangan Upacara SMPN I Limbangan, 19/12.

Upacara tersebut dihadiri oleh
- Forkopimcam Limbangan
- Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Limbangan
- Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Limbangan
- Guru dan Staf SMA Negeri 1 dan SMP Negeri 1 Limbangan

Soliditas TNI-POLRI Terlihat Kembali dalam pelaksanaan Upacara Hari Bela Negara kali ini, tergambar dalam Susunan petugas Upacara Yakni Inspektur Upacara Danramil 14/Limbangan Kapten Inf. Ngadiyono, Perwira Upacara Ipda Budi Utomo Kanit Binmas Polsek Limbangan, Dan Up Pelda Solekan Anggota Koramil 14/Limbangan dan pembaca Ikrar Serka Sukisno yang juga anggota Koramil 14/Limbangan.

Sambutan Presiden RI yang dibacakan oleh Irup Kapten Inf Ngadiono antara lain :
"Dalam momentum bela negara kali ini diera tekhnologi dan informasi kita tetap bersatu, disegala lini kehidupan karena bentuk dan ancamanpun berbeda.
Para gererasi muda harus tetap mempunyai jiwa bela negara
Teemasuk KKN yang menggerogoti Negara Kita.
Dalam menghadapi kompleknya era sat ini kita, bagaimana kita bisa melangsungkan pembangunan oleh sebab itu bela negara bisa kita wujudkan dalam kehidupan sehari hari".

Selesai Menyanyikan Mars Bela Negara Irup Kapten Inf Ngadiono menyampaikan sedikit wawasan Kebangsaan tentang sejarah sampai diperingatinya Hari Bela Negara.

"Hari Bela Negara (HBN) yang merupakan salah satu hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia guna untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara di Sumatra Barat pada tanggal 19 Desember 1948. Hari yang mana para pahlawan bangsa terdahulu mempertaruhkan jiwa raganya untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah-tengah guncangan Agresi Militer Belanda II.

Pada saat itu Belanda menguasai ibukota RI yang masih berada di Yogyakarta. Mereka berulangkali menyiarkan berita bahwa RI sudah bubar. Karena para pemimpinya, seperti Soekarno, Hatta, dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan.

Mendengar berita bahwa tentara Belanda telah menduduki Yogyakarta dan menangkap sebagian besar pemimpin Pemerintah Republik Indonesia, tanggal 19 Desember sore hari, Mr. Syafruddin Perwiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima Tentara dan Teritorium Sumatera, mengunjungi Mr. Teuku Mohammad Hasan, Gubernur Sumatera/ Ketua Komisaris Pemerintah Pusat dikediamanya, untuk mengadakan perundingan. Malam itu juga mereka meninggalkan Bukittinggi menuju Halaban, daerah perkebunan teh, 15 Km di selatan kota Payakumbuh.

Sejumlah tokoh pimpinan RI yang berada di Sumatera Barat dapat berkumpul di Halaban, dan pada tanggal 22 Desember 1948 mereka mengadakan rapat yang dihadiri antara lain oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Muhammad Rosjid, Kol. Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Mr. A. Karim, Rusli Rahim, dan Mr. Latif. Walaupun secara resmi kawat Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, maka dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Dalam keputusan tersebut, Mr. Sjafruddin Prawiranegara terpilih menjadi ketua PDRI, dan pada keesokan harinya, pada tanggal 23 Desember beliau berpidato yang intinya memberi motifasi kepada para tentara RI dan seluruh rakyat Sumatera Barat agar selalu semangat dan terus berjuang mempertahankan NKRI, walaupun para pemimpin bangsa telah ditangkap Belanda. Salah satu kata motifasi beliau dalam pidatonya yaitu "Bertempurlah, gempurlah Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka dapat dibasmi. Jangan letakkan senjata, menghentikan tembak-menembak kalau belum ada perintah dari pemerintah yang kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghindarkan tipuan-tipuan musuh".

Sejak itu PDRI menjadi musuh nomor satu bagi Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda. Hutan belukar, sepanjang sungai, tanah yang terjal menjadi saksi besarnya perjuangan para pahlawan bangsa, bahkan kurangnya bahan makanan tak menghentikan perjuangan mereka mempertahankan keutuhan NKRI".
Ungkap Kapten Inf Ngadiono panjang Lebar. Dilanjutkan susunan Upacara berikutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun