Perjuangan para buruh telah menguras energi. Sepanjang tahun dikumandangkan. Unjuk rasa hingga mogok kerjapun dilakukan dengan satu tuntutan untuk kesejahteraan buruh.
Tidak jarang aksi para buruh juga ditunganggi kepentingan politik. Juga buruh harus menghadapi sikap represif aparat keamanan akibat unjuk rasa yang berlebihan hingga anarkis.
Lelah yang panjang perjuang para buruh tersebut, mengapa mesti kembali menguras energi yang berlebihan. Mengapa tidak dipergunakan momentum ini untuk bergembira, berdo'a untuk keselamatan para buruh dan keluarga serta memanjatkan  do'a agar Yang Maha Esa dapat mengabulkan doa dan perjuangan para buruh.
Termasuk dalam May Day ini para buruh dapat menarik simpati masyarakat untuk bersama - sama berdoa guna terwujudnya perjuangan para burus, serta mendoakan tidak hanya kepada para buruh yang masih berjuang saat ini namun juga doa ditujukan kepada para pejuang buruh yang sudah meninggal dunia.
May Day, 1 April yang telah menjadi hari libur nasional tidak salahnya dijadikan sebagai hari raya para buruh. Hanya satu tahun sekali saja. Memang sejaraj May Day adalah kemenangan para buruh di Maymarket Chicago, Amerika Serikat yang memangkas jam kerja dari 20 jam menjadi delapan jam.
Di hari buruh ini setidaknya ada yang berbeda dengan perjuangan di hari - hari yang lain di sepanjang tahun. Untuk May Day satu tahun sekali ini tidak salah bila dilakukan dengan kampanye simpatik bisa benuansa agama, budaya dan adat istiadat.
Saya setuju dengan usulan Menteri Ketenagaan Kerjaan RI Hanif Dakiri bahwa May Day diisi dengan kegiatan yang positif dan menyenangkan, " May Day is Fun Day."
May Day dengan cara yang simpatik tidak dengan orasi yang berteriak keras serta aksi lainnya apa lagi sampai memunculkan aksi anarkis, dapat merasakan suasana damai dan sejuk di masyarakat. Jadikan May Day sebagai hari rayanya para buruh. Bukan maksud menggurui tapi sekedar memberikan masukan bahwa hidup ini juga butuh perenungan.
Salam dari pulau Bangka.