Mohon tunggu...
Ruslan Jusuf
Ruslan Jusuf Mohon Tunggu... -

Suka membaca, menulis, travel, dan gemar kuliner tradisional

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sejarah Aceh; Kerajaan Lamuri dan Sisa Kejayaan yang Terbengkalai

23 September 2013   09:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:31 2222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_290243" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]

SETELAH sekian lama vakum dari dunia literasi, kembali terbesit dalam benak saya akan nasib situs-situs artefak peninggalan Kerajaan Lamuri yang berada di Aceh Besar. Untuk itulah, saya kembali mengangkat cagar budaya Lamuri dalam tulisan ini. Sebagai salah seorang putra Aceh, sudah seharusnya salah satu bukti sejarah endatu (leluhur), kami selamatkan dari pemusnahan secara sistematis oleh orang-orang munafik. Pada tahun 2012, gaung penyelamatan bekas Kerajaan Lamuri banyak menghiasi berbagai media cetak dan elektronik di Aceh. Mulai dari aktivis, budayawan, sejarawan hingga politisi, ”berebut” memberikan argumen yang berkeinginan agar situs Lamuri tetap dipertahankan keberadaanya serta menolak dengan keras pembangunan lapangan golf, yang rencananya akan dibangun di kawasan tersebut.

Setahun atau bahkan lebih, heboh kasus Lamuri telah berlalu. Namun, bagaimana kabarnya kini? Masih suatu tanda tanya besar. ”Angin surga” yang pernah dihembuskan oleh beberapa anggota DPR Aceh, ternyata hanyalah isapan jempol belaka. Konkritnya, hingga kini banyak peninggalan sejarah dan budaya Kerajaan Lamuri masih terbengkalai. Lokasinya ditutupi semak belukar, artefak-artefak sisa kejayaan Lamuri berserakan hingga pemugaran yang belum dilaksanakan sebagaimana janji yang pernah disampaikan oleh orang nomor satu di Aceh Besar.

[caption id="attachment_290242" align="aligncenter" width="432" caption="Makam Maulana Qadhi Sadrul Islam Isma"]

1379914178872665939
1379914178872665939
[/caption]

Embrio Kerajaan Aceh Darussalam

Menurut salah seorang peneliti sejarah Aceh, Teungku Taqiyuddin Muhammad, Kerajaan Lamuri merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, Kerajaan Aceh Darussalam merupakan salah satu dari 5 (lima) besar kekuatan Islam yang tangguh pada masanya. Kelimanya terikat dalam suatu kerja sama ekonomi, politik, militer dan kebudayaan. Antara lain, terdiri dari, 1) Kerajaan Turki Usmaniyah, yang berpusat di Istambul; 2) Kerajaan Islam Maroko di Afrika Utara; 3) Kerajaan Islam Isfahan di Timur Tengah; 4) Kerajaan Akra di India; 5) Kerajaan Aceh Darussalam di Asia Tenggara, [lihat A. Hajsmy, "Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan", dalam Ismail Suny (ed.), Bunga Rampai tentang Aceh, (Jakarta: Bhrata Karya Aksara, 1980), 208]. Puncak kejayaan dari Kerajaan Aceh Darussalam adalah di masa kepemimpinan Sulthan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Mengingat jejak sejarahnya yang memberikan andil besar terhadap kemunculan Kerajaan Aceh Darussalam, maka sangat penting menjaga sisa-sisa warisan kerajaan Lamuri agar tidak lenyap. Sebab, ini merupakan bukti konkret kekayaan sejarah dan budaya Aceh.

Senada dengan Taqiyuddin, pemerhati sejarah Aceh lainnya, M Adli Abdullah, yang banyak menuliskan topik-topik mengenai budaya dan sejarah, juga mengungkapkan keprihatinan yang sama. Ia menuturkan bahwa ketidakpedulian pemerintah terhadap situs Lamuri telah menyebabkan timbulnya klaim bahwa Kerajaan Lamuri dahulunya terletak di Jambi. ”Padahal bukti-bukti sejarah menunjukkan Lamuri berada di Aceh. Maka hal ini perlu dijaga sebagai pembuktian sejarah”, pungkasnya. (tgj.co.id)

ForLamuri

Kekhawatiran akan nasib situs Lamuri yang terancam oleh pembangunan lapangan golf, maka beberapa LSM dan Ormas berinisiatif untuk mengadvokasi bekas kawasan Kerajaan Lamuri tersebut. Karena itu, dibentuklah Forum Penyelamatan Lamuri (ForLamuri).

Dalam pernyataannya, ForLamuri menegaskan bahwa pembangunan lapangan golf di kawasan seluas 300 Ha itu harus segera dihentikan. Sebab, dapat memusnahkan warisan sejarah dan budaya Kerajaan Lamuri.

ForLamuri meminta agar pemerintah Aceh Besar melindungi cagar budaya Lamuri. Khusus untuk investor pembangunan lapangan golf, ForLamuri mendesak agar lokasi pembangunan dipindahkan ke wilayah lain yang tidak menyimpan warisan sejarah Aceh. Ini dikarenakan, jika pembangunan lapangan golf dianggap ”sangat penting”, maka carilah kawasan yang cocok, tapi tidak menganggu peninggalan budaya dan sejarah Aceh serta masyarakat di sekitarnya.

Masih terbengkalai

Walau telah mendapat perhatian dan desakan yang luas agar situs Lamuri dipugar dan dijadikan cagar budaya, tapi kenyataannya hingga kini belum ada reaksi cepat dari pihak-pihak terkait. Sisa-sisa Kerajaan Lamuri seperti, makam, nisan plak-pling dan artefak-artefak, masih saja berserakan dan terbengkalai. Semak belukar masih terlihat ”mengepung” area tersebut. Bagaimanakah kelanjutannya? Belum ada jawaban yang pasti.

Masyarakat yang pro dan kontra pembangunan lapangan golf sama-sama teguh dengan pendiriannya masing-masing. Pemerintah Aceh Besar terkesan lepas tangan dalam hal ini. Mediasi yang pernah digagas di Hotel The Pade, layaknya ”gencatan senjata”. Penetapan kawasan bekas berdirinya Kerajaan Lamuri masih harus ”menunggu” hasil penelitian yang mendalam. Kapankah penelitian itu akan selesai? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Semoga kepentingan pihak tertentu untuk meraup rupiah, tidak menyebabkan warisan sejarah dan budaya Lamuri musnah dari bumi Aceh. Karena, bila ini terjadi, ke manakah generasi Aceh akan pergi untuk menelusuri jejak sejarah endatunya?

Ruslan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun