Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kaca yang Retak (Refleksi Kasus Asusila pada Institusi Pendidikan)

12 April 2016   07:35 Diperbarui: 12 April 2016   17:33 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi (sumber :liputan6.com)"][/caption]Sungguh, saya sejatinya tak ingin menulis artikel ini. Saya malu. Tak enak bila harus membuka aib profesi terhormat ini. Profesi yang digelari 'pahlawan tanpa tanda jasa'. Profesi yang juga saya geluti sejak setahun ini.  

Tulisan ini adalah kisah nyata. Bukan karangan penuh imajinasi. Sebuah fakta yang terjadi. Namun saya tak ingin melakukan pembunuhan karakter. Saya akan tetap berpegang pada azas hukum  praduga tidak bersalah. Saya hanya ingin semua orang waspada. Sadar bahaya ini mengintai disekitar kita. Bisa jadi anak anak kita yang menjadi korban.

Sebagai orang tua saya ngenes. Sebagai guru saya kecewa. Sebagai blogger saya punya tanggung jawab untuk memberikan pencerahan dan membunyikan alarm bahaya. Namun begitu sebelum lebih jauh, saya mengingatkan untuk tidak berprasangka negatif karena kasus ini dilakukan oleh oknum. Sekali lagi OKNUM. Mohon tidak digeneralisasi apalagi dipolitisasi.

Kasus :
Semua kejadian ini saya dapatkan dari sahabat guru yang peduli dengan anak didiknya. Ia bercerita tentang proses hukum yang ia laporkan. Semua kisah diceritakan secara runtut. Saya akhirnya mengikuti kasus yang bergulir ini walau tidak terlibat secara langsung.

Namanya Bunga (tentu nama samaran). Saat ini duduk di bangku kelas satu SMA. Bunga mengaku mendapat tindakan asusila dari seorang guru saat di bangku SMP. Pengakuan ini tentu mengejutkan, sahabat saya tentu tak bisa langsung percaya. Selain perkaranya berat, kejadiannya sudah berlangsung setahun yang lalu.

Setelah didalami dan diusut, sahabat saya merasa perlu melakukan tindakan agar perlakuan ‘gila’ oknum guru ini tidak berlanjut kepada murid yang lain. Karena menurut Bunga, banyak sahabatnya juga mengalami hal yang serupa, mendapat perlakukan asusila dari si oknum guru ini. Jadi korbannya bukan satu orang tapi banyak orang.

Modusnya dengan melakukan pendekatan kepada murid dengan menawarkan pelajaran tambahan. Dengan wajah manis penuh rayuan agar si murid menjadi anak yang pintar dan siap menghadapi UN. Korban akan diajak les dirumah pribadi si oknum guru. Diberikan pelajaran tambahan tanpa meminta bayaran. 

Awalnya si murid tidak curiga. Karena sang oknum guru tentu dinilai baik. Tak terpikir akan melakukan tindakan tercela nan hina. Si oknum guru kata sahabat yang menangani kasus ini memberikan minuman yang membuat murid yang diincar menjadi tidak sadar secara sementara. Tentu minuman yang dicampur sejenis obat.

Nah, ketika tidak sadar si murid dikerjai si oknum guru yang bejat ini. Ketika sadar murid sudah berada di dalam kamar dengan baju acak acakan. Walau ada juga si oknum guru melakukan pelecehan dengan meraba-raba tubuh murid wanitanya. Beberapa korban mengakui hal ini dilakukan si oknum guru.

Biasanya setelah melakukan tindakan asusila kepada muridnya, sang oknum guru akan memberikan barang atau perlakukan khusus agar si murid tidak bercerita kepada orang lain apalagi mengadukan tindakannya.

Memang banyak korban yang diam saja dan tidak melaporkan tindakan si oknum guru. Rupanya perlakukan ‘bejat’ sang oknum guru terendus juga. Karena korbannya cukup banyak. Menurut sahabat saya, tindakan bejat si oknum guru rupanya juga diketahui para rekan guru yang lain bahkan pihak sekolah juga tahu akan kejadian ini. Tapi tak ada yang berani  melapor. Entah karena apa. Mungkin merasa malu bila hal ini diungkap dan akan merusak nama siswa dan nama sekolah atau membayangkan proses hukum yang panjang dan melelahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun