Mohon tunggu...
Rusdi Ngarpan
Rusdi Ngarpan Mohon Tunggu... Guru - lulusan Bahasa Inggris UNNES Semarang, mengajar di SMP Negeri 1 Jaken Pati, tinggal di Rembang,dan menulis di beberapa media dalam bahasa Inggris, Jawa dan Indonesia.

lulusan Bahasa Inggris UNNES Semarang, mengajar di SMP Negeri 1 Jaken Pati, tinggal di Rembang,dan menulis di beberapa media dalam bahasa Inggris, Jawa dan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Kejujuran

30 Desember 2020   14:13 Diperbarui: 30 Desember 2020   14:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Orang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman. 

Kejujuran suatu kata yang indah diucapkan. Namun, kejujuran sangat sulit dilaksanakan. Apalagi oleh orang-orang awam seperti kita. Kejujuran merupakan salah satu prinsip dasar kehidupan dan menjadikan seseorang dipercaya. Jujur disebutkan sebagai lurus hati; tidak berbohong; tidak curang; tulus; ikhlas. Sementara kejujuran diartikan sebagai sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati). Bertindak atau berlaku jujur merupakan sifat terpuji dan menjadikan seseorang mendapatkan kedudukan terhormat di hadapan Tuhan dan di masyarakat.

Kejujuran sekarang ini sulit untuk dilakukan. Banyak orang yang berlaku tidak jujur. Siswa  mencontek saat ulangan. Pelajar tidak masuk sekolah dan membolos. Padahal mereka berangkat dari rumah dengan mendapatkan uang saku.  Anak  berbohong terhadap orang tua. Mengatakan masuk sekolah/ kuliah padahal hanya main playstation di rental. Suami tidak jujur pada isteri. Uang gajian dipotong dengan alasan untuk membeli bensin. Padahal digunakan untuk dugem dan bersuka ria. Aparat menerima uang pelicin. Membohongi rakyat dengan melakukan korupsi yang merugikan negara. Memotong bantuan untuk mereka yang tidak mampu. Rakyat kecil menipu tetangganya. Hampir semua elemen masyarakat berlaku tidak jujur apalagi dihadapkan pada duit. Semua bisa mata duitan dan kejujuran ditutupi oleh lembaran-lembaran rupiah.

Jika berhubungan dengan uang, banyak manusia dibuat silau matanya untuk berlaku jujur. Dengan uang yang tidak seberapa seseorang rela mengorbankan harga dirinya. Mereka rela membunuh orang dengan bayaran beberapa ratus ribu. Mereka rela mengurangi takaran saat menjual barang. Mereka rela menukar dengan sesuatu yang hina di hadapan Tuhan dan masyarakat. Mereka tidak berlaku jujur dan melakukan korupsi serta menerima suap. Padahal kejujuran merupakan awal kepercayaan. Jika seseorang berlaku tidak jujur, orang lain tak akan percaya. Apalagi jika berhubungan dengan uang. Semua bisa dibuat silau. Silau terkena pantulan tumpukan rupiah atau dolar.

Namun, beberapa waktu lalu seorang sopir taksi bernama Sia Ka Tian dari perusahaan ComfortDelGro, Singapura menemukan uang sebesar USD 900 (sekitar Rp. 8,6 miliar) di taksinya dan mengembalikan kepada pemiliknya. Itu adalah contoh nilai kejujuran yang sangat besar. Menemukan uang tunai dalam jumlah besar bukanlah kejadian biasa yang bisa terjadi kapan saja. Sebagian besar orang pasti akan tergoda untuk mengantongi uang tersebut. Apalagi uang itu tidak diperoleh dari melakukan kejahatan seperti merampok dan korupsi. Uang itu uang temuan. Uang sebanyak itu bisa digunakan untuk membeli berbagai keperluan hidup. Bisa untuk membiayai anak sekolah, membeli rumah yang layak dan menggunakannya sebagai modal untuk usaha bisnis.

Dengan uang sebanyak itu, orang pasti tergoda. Namun, karena memiliki nilai kejujuran tinggi, sang sopir taksi memilih mengembalikan. Apakah jika kita menemukan uang sebanyak itu, kita mau berbuat jujur? Maukah kita mengembalikan kepada pemiliknya? Ataukah kita akan menggunakannya sendiri dengan alasan toh kita tidak mencuri? Semua kembali kepada nilai-nilai kejujuran yang ada dalam diri kita. Kejujuran sangat penting dalam hidup ini. Apalagi kita hidup di lingkungan pendidikan yang harus mengajari anak-anak hidup dalam suasana jujur. Memang pernah ada kantin kejujuran. Namun, beberapa hari tutup karena bangkrut. Banyak dari pembeli yang tidak jujur. Ternyata mental kita masih suka bohong, culas dan sikap tidak terpuji lainnya.

Masih ingat cerita masa lalu di kerajaan Kalingga jaman pemerintahan Ratu Shima. Raja perempuan yang sangat adil dan bijaksana dalam memerintah. Rakyatnya sangat jujur bahkan tidak mau mengambil barang milik orang lain yang bukan miliknya. Bahkan pangeran yang tidak sengaja menyenggol emas di jalan, akhirnya tangannya dihukum potong. Apakah saat ini masyarakat berlaku jujur? Entahlah. Tinggal diri sendiri yang mau menjadi manusia beriman.

Menjadi manusia yang beriman dengan prinsip dasar kejujuran sangat penting dalam hidup. Kejujuran menunjukkan siapa diri kita. Apakah kita bisa dipercaya atau tidak? Apakah kita memiliki etika dan integritas atau justru sebaliknya. Karena pentingnya nilai kejujuran, marilah kita belajar berlaku jujur. Baik jujur pada diri sendiri dan juga pada orang lain. Semoga kita termasuk umat-umat yang jujur dan beriman. Amiiiin.(Rusdi, S.Pd).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun