Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Makna Momen Memilukan Saat Lebaran di Perantauan

17 Mei 2020   10:57 Diperbarui: 18 Mei 2020   20:26 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: canstockphoto.com

Ketika Sholat Maghrib telah usai. Takbir pertama berkumandang sebagai tanda datangnya Hari Kemenangan. Dimana pada momen ini semua ingatan seolah tertuju ke kampung halaman. Sedih, rindu, dan haru rasanya tertumpah jadi satu.

Pada saat-saat itu tanpa disadari air mata pun meleleh menetes di pipi. Hari yang semestinya kita berada di tengah keluarga, namun terlewatkan karena keadaan dan kondisi yang tidak bisa dipaksakan.

Meski komunikasi tatap muka digital sekarang mudah dilakukan, namun kehadiran fisik pada momen sekali dalam satu tahun ini tetap yang paling diharapkan. Saat istimewa yang siapa saja ingin bersama keluarga, berjabat tangan dan Saling maaf-maafan menjadi momen dan rahmat terindah di hari Lebaran. 

Menjadi perantau di hari Lebaran yang paling dirindukan setelah keluarga, yakni makanan khas seperti opor ayam, ketupat, rendang, atau sambal goreng kentang dan aneka kue khas kampung yang sulit ditemui ketika kita berada di perantauan.

Tak menutup kemungkinan pada hari raya biasanya kita akan ketemu dengan teman sekolah, teman masa kecil, dan teman masa remaja yang lama tak berjumpa. Saat-saat yang paling bahagia dan berharga yang tak dapat diukur dengan materi.

Sebagai perantau, pulang kampung adalah masa paling membahagiakan.

Mengambil Pesan yang terselip

Dalam hidup terkadang kita perlu sesekali keluar dari comfort zone. Zona yang sering tak disadari membuai serta membuat diri kita rentan, terutama dalam hal pola pikir dalam melihat ragam sisi kehidupan.

Pandemi global seakan menata ulang dan mengingatkan umat manusia untuk lebih jeli dalam melihat segala sesuatu dari berbagai sisi. Tidak terpaku pada teori ilmiah semata namun bagaimana mampu mengambil hikmah dibaliknya.

Dari sisi lain, kita bisa belajar bagaimana memupuk kesadaran juga kesabaran yang mungkin selama ini terabaikan karena padatnya kesibukan, atau terkikis karena sifat keegoisan.

Kita sering acuh dengan sekeliling, alih-alih belajar, tumbuh, dan terus menantang diri agar berkembang. Tapi lebih mudah mundur ke zona aman yang kita identifikasi sebagai karakter kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun