Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran Hidup Apa yang Kita Dapatkan di Tahun 2018?

1 Januari 2019   21:14 Diperbarui: 2 Januari 2019   22:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: Republika.com

 Semua yang ada di sekitar kita selalu berubah. Selama matahari masih terbit, fajar esok hari masih datang. Tidak menutup kemungkinan kita akan dihadapkan pada kondisi-kondisi berbeda dan baru. Kita dituntut untuk beradaptasi siap dengan segala konsekuensi dengan segala yang terjadi di dalamnya seperti kesempatan, tantangan, dan kesulitan.

Kita sering tidak menyadari selalu berlomba dalam pemenuhan keperluan fisik. Namun, kita terlalu pelit untuk pemenuhuan keperluan rohani.

Harapan, target, tuntutan hidup, dan tuntutan pekerjaan yang terkadang malah membuat kita mengabaikan hal yang lebih urgen. Tidak adanya keseimbangan antara usaha dan pengharapan, serta keseimbangan dalam memanfaatkan dan membagi waktu secara bijaksana acapkali membuat kita terlempar jauh dan asing tidak mengenal diri sendiri.

Satu tahun telah berlalu, Didalamnya banyak perjalanan dan perjuangan yang telah kita lalui dalam rangka meraih segala harapan. Mungkin itu yang dinamakan 'proses' (proses berjuang mendapatkan). Lalu, disisi lain ada saudara kita yang berjuang bertahan demi kelangsungan hidup di tenda pengungsian. Kehilangan harta benda, saudara, keluaraga, bahkan semuanya. Musibah yang menimpa saudara kita di Lombok, Palu-Donggala, dan Banten setidaknya bisa memberi alarm dan pesan kepada kita semua bahwa tidak ada posisi puncak dalam hidup ini, apa yang kita perjuangkan puluhan tahun bisa saja sirna dalam waktu singkat.

Dari rentetan kejadian, peristiwa yang telah berlalu kita bisa tersadar dan belajar. Sebab, tanpa itu semua mungkin kita akan dikuasai nafsu dan ambisi mengejar sesuatu diluar kadar tanpa sadar.

Saya tidak bermaksud membawa Anda kembali berfikir ke belakang namun setidaknya sesekali menengok ke belakang tidak ada salahnya sebagai bahan perenungan. Selain itu saya juga berusaha untuk andil menjaga keseimbangan diantara banyak ragam tema tulisan telah memaksa saya harus merefleksikan isi fikiran untuk turut adil menuliskan. Barangkali inilah keindahan salah satu anugerahNya, dari latarbelakang pendidikan, pengalaman, dan kondisi yang berbeda namun tercurah isi fikiran dalam satu wadah yang sama.

Sebagai manusia kita memang tidak bisa hidup tanpa orang lain, secara psikologis manusia tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri. Termasuk untuk tumbuh berkembang (merujuk; untuk belajar dan bergantung dengan orang lain) Manusia selalu membutuhkan peran dari pihak lain dalam mencukupi kebutuhan hidup serta mengatasi masalah hidupnya. Karena ilmu dan kemampuan manusia tidak bisa rata menjamah seluruh kompetensi.

Kehidupan adalah kolaborasi antara perjuangan dan pembelajaran, dan kita akan selalu dalam proses itu. Proses yang tidak hanya untuk mendapatkan, namun juga kehilangan.

Ahmad Rury

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun