Tidak berbeda jauh dengan sekolah formal, sekolah di University of life juga membutuhkan biaya, malahan kadang bisa lebih mahal. Perasaan eman sering menghantui tatkala ada keinginan untuk eksplorasi mencoba hal dan pengalaman baru, kita berfikir hanya "membuang-buang uang" Â tanpa melihat sisi positif dari hasil ekplorasi yang akan kita dapatkan.
Liburan dan hiburan penting sebagai penyeimbang kehidupan. Padatnya rutinitas  pelan namun pasti menumpuk residu yang minta dibersihkan berkala. Tentu saja liburan dan hiburan tidak harus yang wah, bisa dikondisikan sesuai kemampuan. Hilangkan mindset bahwa liburan harus ke luar kota, luar Pulau, atau luar negeri, coba cek, mungkin disekitar kita banyak tempat yang belum kita ekplorasi. Semakin banyak hal yang kita tahu makin banyak potensi untuk mampu bersyukur, bahwa dunia ini luas dan menyimpan banyak khasanah hikmah.
Berkunjung ke suatu tempat
Mengunjungi monumen atau bangunan bersejarah misalnya akan mengingatkan kita akan perjuangan-perjuangan para Pahlawan, bagaimana jerih payah mereka mempertahankan Tanah Air.
Mengajak anak penting ke tempat-tempat bersejarah dan menceritakan tentang history asal -usul dari bangunan tersebut. Anak-anak selain liburan juga akan mendapatkan pengetahuan. Saat bereksplorasi, anak akan mengalami proses belajar. Dari situlah akan terbentuk pribadi anak secara utuh.
Rasa eman sering kali menjadi batu sandungan untuk lebih banyak menggali berbagai pengetahuan. Sepertinya mindset inilah yang sejatinya mengungkung kita selalu dalam keadaan ketidaktahuan. Di sekolah dulu kita belajar hal yang tersurat, di university of life kita belajar menangkap makna yang tersirat.
Jika dua alasan "uang dan waktu luang" cenderung jadi hambatan, entah sampai kapan kita akan merasa cukup dan sempat?