Pada 1930-an, salah satu segmen sungai Citarum di bagian hilir Bandung, oleh pemerintah Hindia Belanda pernah dijadikan tempat wisata. Segmen tersebut dikenal dengan nama Curug Jompong. Ndilalah-nya, situs geologis purba ini kini selalu dipersalahkan sebagai penyebab banjir tahunan di Bandung Selatan.
Curug Jompong terletak di Desa Nanjung, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Dikutip dari buku "Wisata Bumi Cekungan Bandung", (WBCB) lokasi ini dibahas dalam buku panduan wisata keluaran 1927 berjudul "Gids van Bandoeng en Midden-Priangan", yang ditulis S.A. Reitsma dan W.H. Hoogland.
Bisa dibayangkan jika bule-bule kolonial feodal dan noni-noni Belanda saja waktu itu mau menikmati wisata di Ci Tarum (segmen hilir pula), seperti apa bersihnya air sungai ini kala itu.
Namun coba tengok kondisinya saat ini, sudah bagai tempat pembuangan limbah. Sampah --yang antara lain tersangkut di bebatuan-- mungkin belum seberapa dibanding kondisi airnya yang seringkali hitam kelam berminyak berbusa.
Warga setempat malah kadang melihat air yang mengalir di Curug Jompong sudah bagaikan pelangi; pelangi limbah cair beracun buangan ratusan pabrik tekstil. Pabrik yang memenuhi area kiri kanan Citarum ini berdiri sejak pesatnya industri tekstil di tahun 1980-an, dan kadung dibiarkan tanpa aturan tegas (mungkin juga karena sogokannya kencang).
Polusi air Citarum juga disumbang dari sungai perkotaan macam Cikapundung yang dikenal sebagai "septic tank terpanjang di dunia" karena sungai ini melalui (Jalan) Asia Afrika.Â
Ini anekdot sinistik orang Bandung, karena kenyataannya masih banyak orang Kota dan Kabupaten Bandung yang membuang limbah hasil aktivitas kakusnya langsung ke salah satu sungai pemasok Citarum ini. Ini juga belum termasuk limbah tinja sapi dari peternakan di bagian hulu Cikapundung, misalnya Lembang dan Pangalengan.
Kendati begitu, sisa sisa kecantikan sang gadis perawan masih terlihat. Jompong dalam bahasa Sunda artinya gadis perawan, sedangkan "curug" adalah air terjun atau jeram.
Warga menamakan demikian karena Curug Jompong bak selaput dara Citarum. Dia menghambat penetrasi air dari hulu yang sarat limbah dan berdebit raksasa di musim hujan, dan karenanya lalu dituding sebagai penyebab banjir.
Curug Jompong adalah situs geologis berumur Pliosen (4 juta tahun lampau) yang berupa sisa rangkaian gunung api tua berbahan batuan terobosan (intrusif) dasit, andesit, dan basalt.
Pada masa lebih muda, yakni 16.000 tahun lampau, lokasi ini juga dianggap sebagai tempat bobolnya air Situ Hiang. Situ Hiang adalah nama danau raksasa purba, yang melalui proses yang memakan waktu ribuan tahun, dasarnya kemudian mengering.