Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Polemik Cicak vs Buaya Berhasil Memfilter Pendukung Jokowi

14 Maret 2015   12:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini polemic Cicak Vs Buaya terlihat seperti sedang melakukan gencatan senjata. Sementara ini tidak ada lagi berita tentang AS, BW dan lainnya dari sumber Bareskrim Polri. Begitu juga dari KPK saat ini belum ada suara lagi tentang kasus BG. Keduanya sama-sama Colling down.

Sebenarnya harapan masyarakat adalah Semua Kasus yang sudah terlanjur terpublish di media tidak boleh ada yang berhenti tanpa kejelasan. Kalau memang dari Polri harus SP3 ya lakukan sampai tuntas dan bila harus sampai ke Pengadilan ya lakukan sampai tuntas. Begitu juga dengan Kasus BG. Sebaiknya demi menjaga kepercayaan public kasus ini harus sampai pengadilan. Entah Kejagung yang menuntaskan atau KPK sendiri, entah nanti KPK atau Kejagung menang atau kalah, yang penting kasus ini dituntaskan. Harus ada kepastian hukum dari semua kasus ini.

Sampai disini, kalau mengacu pada pernyataan dari Wapres Jusuf Kalla kepada Deny Indrayana, Kalau memang tidak salah mengapa harus takut? Seharusnya pernyataan itu juga berlaku untuk Abraham Samad, Bambang Widjojanto dan Budi Gunawan sendiri. Jadi sekali lagi semua kasus harus diproses sesuai dengan UU yang berlaku dan diselesaikan sampai tuntas.

Kalau ada yang meminta kasusnya diberhentikan maka dapat disimpulkan pihak tersebut adalah Pengecut. Tetapi sebaliknya semua kasus yang sudah terpublish harus dilakukan proses hukumnya secara transparan. Mulai dari Proses Gelar Perkara hingga pembuktian di Pengadilan semua harus berlangsung transparan sehingga pemilik negeri ini (rakyat) merasa dan meyakini bahwa para penegak hukum sudah menjalankan tugas sebaik-baiknya. Tidak ada Prasangka lagi, Tidak ada Polemik lagi.

SIAPA PENDUKUNG POLRI SIAPA PENDUKUNG KPK

Kalau memperhatikan suara-suara masyarakat yang ada di media-media social bisa disimpulkan saat ini dalam masyarakat ada yang memihak Polri dan ada yang memihak KPK. Fenomena seperti ini sudah terjadi pada saat Pilpres 2014 dan juga terjadi paska Gugatan Prabowo ditolak MK ( perseteruan panjang antara KIH vs KMP).

Mari kita coba mengutak-atiknya dan melihat apa perbedaannya.

Pertama, pada Pilpres lalu mudah kita sebut masyarakat terbelah dua yaitu yang mendukung Prabowo dan yang mendukung Jokowi.Yang mendukung Prabowo adalah gabungan dari Pendukung murni Prabowo, Simpatisan Partai Pendukung Prabowo (KMP) dan Pembenci Jokowi atau Pembenci PDIP. Begitu juga sebaliknya Pendukung Jokowi adalah Pendukung murni Jokowi, Pendukung PDIP, Pendukung masing-masing partai KIH dan pembenci Prabowo atau pembenci partai pendukung Prabowo. Kita buat simple saja kesimpulannya.

Kedua, Setelah Gugatan Prabowo ke MK ditolak maka terjadi perubahan dukungan ke Prabowo dan KMP. Yang paling signifikan terjadi ketika DPR meloloskan RUU Pilkada Tak Langsung. Pada saat itu KMP kehilangan banyak pendukungnya karena isu yang ada lebih menyentuh masyarakat secara umum.

Setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden maka masyarakat sudah membaur lagi. Tidak ada pro KIH dan pro KMP. Kecuali simpatisan salah satu partai yang fanatic. Tentu pembaca sudah tahu siapa maksudnya.

Kembali ke khususnya pendukung Jokowi, dimana pada saat Pilpres lalu antara pendukung PDIP, pendukung Nasdem, pendukung PKB dan Pendukung Murni seorang Jokowi bersatu padu untuk memenangkan Jokowi-JK, maka pada Polemik KPK Vs Polri ini terjadilah hal yang Ketiga, atau hal yang sebaliknya dengan pembahasan RUU Pilkada Tak Langsung.

Polemik KPK Vs Polri karena berkaitan dengan Politik maka dapat disimpulkan Polemik ini secara pasti telah memfilter pendukung Jokowi-JK. Dan kesimpulannya Kurang lebih sebagai berikut :

“Pendukung Murni Jokowi kemungkinan besar akan mendukung KPK. Sebaliknya pendukung PDIP dan pendukung Nasdem kemungkinan besar akan mendukung Polri”. Tetapi tentu saja saya tidak bisa memperkirakan berapa prosentasenya.

Jadi kalau anda pendukung Jokowi sebelumnya dan tiba-tiba ada teman yang selama ini bersama-sama mendukung Jokowi tetapi saat ini tidak mendukung KPK bisa jadi kawan kita tersebut adalah pendukung PDIP atau Nasdem atau Murni Pendukung Polri.

Bila terjadi demikian maka kita tidak perlu berkecil hati atau memusuhi teman tersebut. Alasannya karena begitu ada yang menyeberang dari pihak kita maka akan ada pula pihak yang bergabung dengan kita yang mungkin berasal dari mantan pendukung KMP.

Yang penting bagi kita semua adalah tidak mudah diprovokasi oleh pihak lain dan tidak mudah saling memusuhi antara satu dengan lainnya.

Kita bebas mendukung siapa saja. Kita bebas menilai siapa saja sekaligus berpendapat tentang hal tersebut. Yang penting dukungan kita benar-benar berlandaskan rasionalitas, berdasarkan pengamatan yang hati-hati/ jeli dan mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan yang lain.

Demikian.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun