Suaranya sih keluar, dialog kedengaran, efek suara juga ada, tapi ya itu, nggak nendang. Jangan harap suara dentuman bas yang bikin dada bergetar kayak di bioskop.
Ini mungkin jadi poin minus buat para audiophile atau yang suka efek suara menggelegar. Tapi ya sudahlah, namanya juga bioskop, eh ruang nonton privat, bukan bioskop XXI.
Pencahayaan dan Privasi: Sebuah Catatan Kecil
Ada satu hal yang saya rasakan kurang dari segi pengalaman, yaitu pencahayaan. Lampu di ruangannya cuma bisa hidup atau mati doang. Tidak ada pilihan buat mengatur tingkat terangnya.
Padahal kalau bisa diatur redup-terangnya, pasti bakal lebih asyik lagi. Terkadang, kita ingin suasana yang agak temaram tapi nggak gelap total, kan?
Biar bisa sesekali ngemil tanpa harus meraba-raba di dalam kegelapan, hehehe. Ini poin kecil sih, tapi lumayan bisa meningkatkan kenyamanan kalau diperbaiki.
Untuk urusan privasi, ini dia yang jadi daya tarik utama. Karena namanya juga ruang nonton privat, di dalam ruangannya tidak ada CCTV (setidaknya, sepertinya begitu, semoga). Jadi berasa banget privasinya.
Kamu bisa ketawa ngakak, nangis sesenggukan, atau bahkan komentarin setiap adegan film tanpa mikirin orang lain bakal terganggu atau ditegur. Bebas!
Tarif dan Aturan Mainnya
Ngomongin soal harga, layanan ruang nonton privat ini dikenakan tarif Rp150.000 untuk durasi dua jam. Jadi sebelumnya pastikan film yang akan kamu tonton durasinya kurang dari dua jam, ya.
Menurut saya sih worth it ya, apalagi kalau dibagi berdua atau bertiga. Jadi lebih murah dibanding nonton di bioskop umum kalau lagi ada film yang pengen dinikmati sendiri atau bareng orang terdekat aja.
Untuk sistem pembayarannya, wajib non-tunai. Dan satu lagi, kita harus booking dulu sebelum datang. Nggak bisa ujug-ujug langsung datang dan minta nonton. Namanya juga privat, ya kan, jadi biar jadwalnya teratur.
Jadwal paling awal adalah jam 10 pagi, 12 siang, 2 siang, dst, hingga yang terakhir adalah jam 6 sore.