Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Main Engklek, Disamperin Sekuriti

12 Mei 2020   03:19 Diperbarui: 12 Mei 2020   03:18 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebetulan hari itu cerah...

Matahari bersinar, namun awan putih sedikit menyelimuti hingga terik mentari tidak sampai ke bumi. Cukup teduh lah intinya.

Seperti biasa di hari sekolah, anak-anak di rumah yang sedang #BelajarDariRumah memperlihatkan tugasnya hari itu...bikin video sedang bermain Taplak Gunung alias Engklek.

Ya sudah, karena kebetulan masih ingat cara bermain dan segala perintilan kebutuhannya juga ada di rumah, jadilah saya dan anak-anak persiapan mengerjakan tugas tadi, untuk dikumpulkan sore harinya seperti biasa.
Daaaannn....seperti biasa pula.

Sekarang ini, setiap tugas sekolah anak-anak selalu saya buatkan videonya. Selain untuk dokumentasi mereka saat pandemi ini nanti ketika mereka sudah dewasa, juga sedikit "tabungan", siapa tahu Monetisasi di Youtubenya tinggi setelah ditonton banyak orang karena dianggap berguna oleh orang lain.

====

Kita persiapkan dulu deh yah bahannya apa aja.

Karena taplak gunung ini adalah permainan anak yang simple, jadi alat-alatnya juga simple/ sederhana, bahkan bisa dibilang "gak modal"

 Apalagi dulu, katika jaman saya SD (Sekolah Dasar) yang papan tulisnya masih menggunakan kapur untuk menulis, rasanya hampir setiap hari (selain main lompat tali karet), permainan Engklek (Taplak Gunung) inilah permainan yang paling sering dimainkan di sekolah. Modal Kapur Tulis sebagai alat untuk menggambar kotak-kotak di lantai/ ubin sekolah atau aspal/beton jadi andalan

Itulah kenapa seringkali, para guru kemudian "dijatah" oleh pihak sekolah kapur untuk mengajar, karena jika 1 kotak kapur "tergeletak" begitu saja di kelas, dijamin, 1 kotak kapur isi 50 batang bisa habis dalam waktu beberapa hari saja.

Oke, jadi jelas yah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun