Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Tembok Berlin Mengguncang Kalijodo

8 Oktober 2017   11:01 Diperbarui: 8 Oktober 2017   13:44 2667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senang sekali ketika beberapa waktu lalu, di Kalijodo - lokasi kontroversi yang dekat sekali dengan tempat tinggal kami akan diberi "pajangan" baru, yakni beberapa segmen Tembok Berlin yang asli.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Pikiran saya langsung dibuat melayang ke tahun 2004, pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Berlin, ibukota Jerman untuk melanjutkan studi saya.

====

Berlin, ibukota Jerman setelah sebelumnya di kota Bonn, memiliki penduduk 3,5 juta jiwa. Berlin sebagai ibukota, tidak jauh berbeda kekompleks-an aktifitas warganya layaknya Jakarta - ibukota Republik Indonesia. Aktifitas warganya saat mulai jam kerja, jam istirahat kerja, dan pulang kerja, memiliki keunikan sendiri, berbeda dengan kota-kota lain baik di dalam negerinya, maupun di negara lain. Jika di kota lain sebagian besar warganya sibuk memanaskan kendaraan untuk pergi ke tempat aktifitas, di Berlin warganya sibuk memeriksa jadwal transportasi umum lewat website, ataupun aplikasi henponnya karena kebanyakan warga Berlin menggnakan moda transportasi umum untuk memeriksa jadwal-jadwal tadi sangat update, dan berpengaruh ke tepat tidaknya warga tadi akan sampai di lokasi tujuan....selain tentunya di tengah perjalanan, mereka akan memenuhi cafe-cafe dan toko roti saat menuju halte bis, atau U-Bahn dan S-Bahn terdekat untuk sarapan.

Kembali ke Tembok Berlin...

Hari ke 4 saya menginjakkan kaki di Berlin, saya diajak kawan-kawan yang sudah lebih lama di Berlin untuk City Tour, yang salah satunya adalah mengunjungi lokasi sisa tembok Berlin yang dijadikan Outdoor Musem sepanjang 1 km. Persis diseberang OstBahnhof, Stasiun kereta Utama wilayah Timur kota Berlin.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Tembok yang memisahkan Jerman menjadi 2 bagian (Barat dan Timur) itu sedianya sepanjang 160km, dan berdiri tegak sejak tahun 1961, sebelum dirubuhkan kembali tahun 1989, seiring dengan bersatunya kembali Jerman menjadi Negara Republik Federal.

Tembok yang menjadi simbol "kesedihan" rakyat Jerman ini, dicoret-coret dengan grafiti yang melambangkan kesedihan, perlawanan dan kekangenan rakyat Jerman terhadap sanak keluarganya yang terpisah, serta keinginan mereka untuk kembali bersatu, jauh dr "penjajahan" pihak asing atas tanah mereka sejak keruntuhan NAZI saat itu. Bisa dilihat dari sisa2 tembok Berlin di dekat Postdamer Platz-Sony Center, di dekat Brandenburger Tor yang menjadi lokasi penempatan tembok Berlin selain museum outdoor tadi.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Lalu kenapa ada Tembok Berlin di Jakarta ?

Saya pun sejujurnya tekaget-kaget ketika melihat release berita soal sumbangan 4 segmen tembok Berlin dari salah satu seniman Teguh Ostenrik kita seharga Milyaran rupiah tadi. Ternyata beliau menyimpan bongkahan tembok tadi selama ini. 

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Tidak heran memang kalau melihat harganya, bongkahan tembok secuil sebesar setangah kelingking orang dewasa saja, yang sudah menjadi souvenir gantungan kunci, pembatas buku, pajangan meja, dll, dijual seharga 1-4 EUR di sentra-sentra oleh-oleh seperti di Checkpoint Charlie (tempat dimana kita juga bisa mencap Paspor kita, layaknya warga Berlin saat masih terpisah jika ingin masuk ke wilayah Jerman Barat atau sebaliknya), atau toko-toko penjual souvenir lainya didalm kota Berlin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun