Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak yang Kritis akan Mampu Berpikir Kreatif dan Solutif

17 Mei 2018   07:00 Diperbarui: 17 Mei 2018   08:02 1631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunda, apakah si meong juga pergi ke surga setelah mati? Ma, kenapa sih anak itu tidak sekolah dan malah jadi pemulung? Ayah, mengapa cara berdoa Tante Ully beda dengan kita? (loupichoun.com)

Setumpuk tantangan era modern menuntut anak masa kini untuk bersikap lebih kritis. Apalagi, anak yang kritis akan lebih mampu berpikir kreatif dan solutif.

"Bunda, apakah si meong juga pergi ke surga setelah mati?"

"Ma, kenapa sih anak itu tidak sekolah dan malah jadi pemulung?"

"Ayah, mengapa cara berdoa Tante Ully beda dengan kita?'Sebagai orangtua, Anda tentu pernah mendapat pertanyaan tak terduga dari anak. Meski kerap dibuat terhenyak, sepintas kita bangga, karena pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan keingintahuan anak untuk mempelajari sesuatu.

Dengan kata lain: anak telah menunjukkan sikap kritis.

"Anak yang kritis adalah anak yang memiliki ciri-ciri rasa ingin tahu serta daya juang yang besar, motivasi yang terarah, dan keinginan untuk belajar lebih baik, baik dalam bidang yang menjadi minatnya atau bidang lain yang ingin ia ketahui," papar Cecilia Helmina Erfanie, M.Psi., Psikolog, dari Pion Clinic.

Menurut Cecilia, anak yang berpikir kritis akan mampu menentukan sikap dan memiliki pendirian yang tepat terhadap dinamika perubahan zaman. Tanpa sikap kritis dan selektif, anak akan mudah terpengaruh dengan berbagai isu atau informasi yang ada.

"Akibatnya, anak tidak mampu menyaring pengaruh-pengaruh negatif bagi dirinya dan masa depannya. Terlebih saat ini, anak harus mampu mengambil sikap, percaya diri dalam menghadapi kondisi lingkungan, pendidikan dan pergaulan," tandas Cecilia.

Sejatinya, setiap anak lahir dengan refleks untuk mempertahankan diri, dan ini membuatnya harus berpikir. Namun, kemampuan berpikir kritis memang harus dikembangkan dan difasilitasi untuk berkembang.

"Jika seorang anak tidak dilatih dan terlatih untuk berpikir kritis, tentu kemampuannya dalam mengevaluasi dan mengembangkan pemikiran baru menjadi kurang optimal," papar Nadya Hendrawati S.Psi., Psikolog, dari Quantum HRM International.

Menurut Nadya, anak usia 4-6 tahun sudah mulai dapat diajarkan konsep berpikir kritis. Karena itu, ajarkan anak sejak dini sesuai usianya. Dengan demikian, Anda akan membantu anak secara aktif membangun pertahanan diri terhadap serangan informasi di sekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun