T: Apa hal terberat dari pekerjaan Anda?
J: Terpisah jauh dari keluarga dan teman-teman. Jika terjadi apa-apa dengan mereka, saya tidak bisa berbuat apa pun, bahkan tidak bisa sekedar hadir di sisi mereka. Ada rasa terisolasi dari dunia luar dan alam yang kita kenal, juga tidak bisa merasakan sentuhan hangat cahaya matahari atau terpaan angin di wajah. Tidak banyak pilihan aktivitas yang bisa dikerjakan di International Space Station. Saya harus hidup dengan jadwal yang diatur secara ketat setiap hari untuk jangka waktu yang panjang. Hal itu sangat berat.
T: Saudara kembar Anda, Mark, juga seorang astronot. Boleh ceritakan mengenai penelitian Twin Study, dan apa hasilnya untuk wawasan mengenai aspek fisik perjalanan luar angkasa?
J: Ide dasar dari Twin Study adalah ada dua pria yang secara genetik nyaris identik, tapi tinggal di tempat yang berbeda. Mereka punya banyak data mengenai saudara saya karena kami memulai karier sebagai astronot secara bersamaan, yakni tahun 1995. Jadi, penelitian ini membandingkan kondisi saya yang hidup di luar angkasa dan saudara saya yang bekerja di Bumi pada tataran kimiawi dan genetika, secara fisik maupun psikologis. Ini adalah kesempatan langka untuk sains. Ada sejumlah temuan menarik. Saya terperanjat mendapati telomere saya - bagian dari kromosom yang biasanya memendek dan mengerut seiring pertambahan usia - menjadi lebih sehat di luar angkasa dibandingkan mereka yang tinggal di Bumi. Padahal, hipotesis awal penelitian ini justru sebaliknya - saudara saya dianggap akan lebih sehat di lingkungan penuh radiasi.